JEPARA | GISTARA.COM– Alat musik rebana di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara memiliki perjalanannya. Mulai dari Jepara yang masyhur dengan industri kayu hingga peran H. Mukhsin turut serta dalam membeludaknya alat musik rebana di Kabupaten ujung Utara Pulau Jawa.
Salah satu penjual alat musik rebana, Muhammad Muhaimin membeberkan, keberlangsungan percussion dari Jazirah Arab ini diproduksi di Jepara, berawal dari pengrajin rebana asli Desa Troso, Haji Mukhsin yang didapatkan ilmunya sewaktu menempuh pendidikan di salah satu pondok di Provinsi Jawa Timur (Jatim).
“Rebana di sini dimulai dari Haji Mukhsin. Beliau yang pertama kali memproduksi rebana di Jepara, tepatnya di Troso (Tahun 1960-an). Menurut kabar yang beredar, kalau tidak salah dulu belajar membuat rebana di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jatim,”papar Muhaimin kepada redaksi, Jumat (11/8/23) sore.
Sewaktu memproduksi, Haji Mukhsin selalu mengawasi dari sisi bahan sampai finishing. Dikatakan, pada zaman dahulu, proses pengeringan lulang (kulit hewan) sapi atau kerbau terbilang susah, sebab mengandalkan sinar matahari. Apabila musim penghujan menjadi hambatan tersendiri bagi pengrajin.
Tidak hanya itu, proses penerapan lulang kepada kayu yang melingkar tergolong sulit. Dibutuhkan keahlian khusus untuk menerapkannya. Sementara pada proses tersebut, Haji Mukhsin menerapkan di dalam kamarnya sendiri dan menutup rapat celah jika ada orang yang mengintip. Rahasia.
Namun rahasia tersebut dengan terpaksa dibongkar oleh salah seorang buruh kepercayaannya, sebut saja fulan. Sebagai buruh Haji Mukhsin selama puluhan tahun, fulan diajak Haji Mukhsin melihat bagaimana menerapkan lulang ke kayu rebana. Fulan pun diminta Haji Mukhsin untuk merahasiakannya.
Seusai dari bekerja, berbekal sedikit ingatan ketika melihat proses Haji Mukhsin tadi. Fulan pun mencobanya di rumah. Bagaikan sulap, ternyata Fulan mampu mempraktikkan ilmu atau keahlian Haji Mukhsin dalam menerapkan lulang ke kayu rebana. Sejak saat itu, cara menerapkan terbongkar dan tersebar luas.
“Entah benar atau tidak, karena saya sendiri bukan saksi hidup, namun cerita di masyarakat Troso dan sekitarnya seperti itu. Menerapkan lulang ke kayu dibutuhkan keterampilan tingkat dewa dan hanya Haji Mukhsin yang bisa. Tapi gara-gara Fulan, tersebar luas sampai sekarang. Dan Troso eksis sebagai industry alat musik rebana,” terang Muhaimin.
Penjual alat musik rebana di Toko Al Karim Percussion ini mengaku, industri rebana Troso sudah menjangkau pelosok negeri, seperti Papua, Kalimantan, bahkan Sumatera. Menurutnya, kualitas rebana Troso tidak dapat diremehkan, karena melewati berbagai tahapan uji untuk menghasilkan rebana kuat dan menciptakan nada yang enak didengar.
“Al Karim sendiri sudah mengirim luar Pulau Jawa, paling jauh sampai Papua atau Irian Jaya. Alhamdulillah. Entah berkah atau musibah karena ilmu dari Haji Mukhsin bocor ke Fulan, namun alat musik rebana dapat menghidupi masyarakat Troso selain tenun ikat Troso,” pungkasnya.
(Okom/Sochib)