Rozi, Mahasiwa Nekat Berwirausaha, Berawal Bikin Kantor Di Kos Sekarang Sukses Jadi Juragan Kaos

SURAKARTA | GISTARA.COM Berawal dari keterbatasan keuangan yang pas-pasan,  seorang mahasiswa harus berpikir keras untuk tetap eksis dan mampu mencukupi kebutuhan di Jogja. Salah satunya bekerja part time di rental PS, warnet dan menjadi pramusaji di sebuah kafe. Hal itu dilakukan agar cukup untuk kebutuhan sehari-hari selama kuliah di Jogja.

Saat itu, keluarga dalam kondisi sulit karena membiayai perawatan ibu di rumah sakit selama 3 tahun. Sementara gaji bapak terbatas untuk uang saku  kuliah dan juga untuk biaya adik yang masih sekolah.

Dalam kondisi seperti ini membuat mahasiswa tersebut berpikir untuk tidak merepotkan orang tua. Apalagi selepas ibu meninggal dunia, sejak kelas 3 SMP, bapak mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Dirinya selalu ingat pesan bapak bahwa hidup harus selalu kuat, mampu menghadapi masalah hidup dengan tenang dan melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan.

Sosok anak muda tersebut bernama  Fahrur Rozi. Sejak awal kuliah untuk menghemat pengeluaran dia menjadi marbot di masjid. Selepas Isya melanjutkan bekerja part time selama 2 tahun. Setelah cukup lama menjadi marbot masjid dirinya memutuskan mencari pengalaman baru. Bertemulah dengan Mas Iskandar, salah satu owner konveksi di jogja. Rozi menawarkan diri membantu dengan bayaran hanya diberi makan. Dia ditempatkan di bagian helper sablon.

Sembari kuliah dan bekerja Rozi juga belajar cara pengelolaan manajemen dan cara produksi di konveksi. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah  produksi kaos yang sepertintya sangat menjanjikan.

Suatu waktu ia meminta ke pemilik sablon menjadi reseller atau makelar. Dia pun diberi kepercayaan dan dikasih harga khusus untuk memasarkan produk. Saat itu Rozi aktif di organisasi mahasiswa, maka yang dituju pertama mahasiwa di lingkungan kampus dari UKM (unit kegiatan kampus), teman seangkatan dan civitas kampus lainnya.  Strategi yang dia lakukan mengedarkan brosur dan menempelkan poster dengan nama brand yang ia bikin.

Tidak disangka banyak pesanan yang masuk melalui sms dan telpon untuk dibuatkan kaos angkatan kelas atau kegiatan kampus. Disisi lain senang karena dapat orderan tapi juga bingung bagaimana menghandle pesanan yang mulai berdatangan. Begitu cerita yang disampaikan ke Gistara.com.

BACA JUGA: Tahun 2023 Segera Berakhir, Bandara Dewadaru Karimunjawa Tak Kunjung Diresmikan

Dari situlah Rozi memberanikan diri menjadikan kos-kosan sebagai kantor. Dia pun memberanikan diri minta uang saku selama 1 tahun di depan sebagai modal awal. Setelah itu dirinya tidak meminta uang saku lagi selama kuliah sejak semester 5. Uang saku tersebut kemudian dibelikan komputer untuk desain , meja dan printer agar terlihat seperti kantor.

Selama 2 tahun hingga lulus S1 usaha ini terus berjalan.  Pelanggan makin bertambah dan pesanan mulai meningkat, dengan modal yang dikumpulkan akhirnya diputuskan produksi sendiri. Awal merintis usaha meminta tolong teman kos untuk membantu produksi. Disinilah perjalanan awal sebagai entepreuner dimulai. Setelah S1 selesai, Rozi melanjutkan studi S2 dan melanjutkan usahanya. Usahanya kian berkembang sudah menyewa ruko di pusat Kota Jogja yang strategis dan punya 3 karyawan.

Perjalanan menjadi enterpreuner tidak semulus yang dia rencanakan. Cobaan pertama datang dari orangtua yang saat itu menginginkan anaknya menjadi guru PNS seperti bapak. Konfrontasi dan debat berakhir dengan Rozi pergi dari rumah selama 2-3 tahun. Selama itu pula jarang berkomunikasi karena merasa tidak cocok dengan ideologi bapak..

Tahun ketiga kepergiannya dari rumah, Rozi di telpon adik katanya bapak kangen dan minta maaf serta menyerahkan semua keputusan pada dirinya. Orang tua juga meridhoi langkahnya menjadi enterpreuner.

Saat ini bisnis dengan brand Socratees Industries tumbuh dan berkembang dengan memiliki store offline, workshop sablon dan jahit. Socrates Indutries saat ini mulai banyak menangani klien baik dari instansi, EO, kampus, sekolah dan dinas. Dengan produk berupa kaos dan merchandise dengan spesialisasi pengerjaan yang cepat adalah solusi yang ditawarkan di usahnya. “Banyak yang terbantu dengan layanan yang ditawarkan socratees”, jelas Rozi.

BACA JUGA: 4 Destinasi Favorit Wisatawan Lokal dan Mancanegara di Karimunjawa

Ada yang menarik sejak Socratees Industries menjadi salah satu UMKM bimbingan Balatkop Jawa Tengah. Di kelas pelatihan berjenjang Manajemen Usaha dan Keuangan, dimentori Bio Hadikesuma dari BHMTC. Karena sejak awal latar belakang Rozi bukan dari pengusaha tetapi belajar otodidak, bisnis yang dijalankan belum memiliki pondasi kuat dalam pengelolaan usaha.

Selain bisnis saat ini Rozi menjadi akademisi, salah satu  pengajar di salah satu kampus di Surakarta. Ia belum mengenal manajemen usaha dan keuangan. Dirinya mengaku beruntung bisa mengikuti kelas pelatihan berjenjang dari Balatkop. “Mindset kami dibongkar habis dan diajari tata kelola manajemen keuangan yang baik, mencari harta yang hilang, proyeksi bisnis dan menghitung HPP”, terang Rozi.

Dampak positif yang didapatkan dari pelatihan, bisnisnya kini lebih terukur dan bisa menentukan harga jual terbaik dan target penjualan. Sehingga omset bisa bertumbuh dan berlipat bahkan bisa tiga kali lipat dari sebelumnya. Hal itu karena ada perampingan dalam pengeluaran, target penjualan yang jelas dan memetakan kembali segmen market.

“Kami bisa mengukur market size dan market share dan didorong kemampuan digital marketing. Ucapan banyak terima kasih kepada Balatkop Jateng dan Bang Bio dari BHMTC Indonesia sudah banyak mengajarkan ilmu yang bermanfaat buat usaha kami”, pungkasnya.

(SA/Sochib)

 

Related posts

Khidmat, Ponpes Babussalam Mulyoharjo Gelar Muwadda’ah Perdana dan Peresmian Gedung MAK

Rangkaian Hari Bhayangkara ke 79, Polres Jepara Gelar Doa Bersama Lintas Agama

1500 Peserta Berebut Tiket Menuju Porsema XIII Jawa Tengah