Ki Dalang Hendro Sebut Jowo Digowo, Arab Digarap, Barat Diruwat, Apa Maksudnya?

JEPARA | GISTARA.COM – Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Jepara, Ki Hendro Suryo Kartiko berharap agar masyarakat tetap memegang tradisi. Pasalnya, seiring dengan pergeseran zaman mulai ditinggalkan.

Pendiri Padepokan Marga Langit itu mencontohkan, seperti nama. Sekarang, nama jawa mulai ditinggalkan masyarakat. Alasannya, dinilai tidak modern sebagaimana nama arab dan barat.

“Kebo kenongo (berkekuatan besar dan harum), ekrak tebok (wadah atau pembersih yang baik), budaya penamaan seperti itu mulai ditinggalkan,” papar Ki Hendro kepada Gistara, Senin (15/1/24) pagi.

BACA JUGA: Baznas Jepara Sosialisasikan Kotak Sedekah dan Distribusi Zakat Produktif di Kalinyamatan

Kalau sekarang, lanjutnya, masyarakat tertarik dengan nama kebarat-baratan dan kearab-araban. Baik reno, alvaro, faqih atau sejenisnya bakal akibatkan identitas dari tradisi kejawen kian terkikis, sedikit demi sedikit.

Tidak hanya itu, pemakaian bahasa jawa juga jadi korban. Menurutnya, anak-anak dari generasi Z jarang ditemukan menggunakan bahasa jawa, mereka dominan dan akrab dengan bahasa Indonesia.

“Ironi juga, hidup di Pulau Jawa tapi tidak bisa bahasa Jawa. Khususnya bahasa kromo, kromo alus bahkan kromo inggil. Anak-anak era sekarang perlu dididik supaya mengerti unggah ungguh atas kelebihan bahasa Jawa itu tadi,” terangnya.

BACA JUGA: Sejumlah Eks Penyelenggara Pemilu Dirikan LIDINA

Bagi dia, Jawa memiliki karakter dan nilai yang tinggi. Mulai dari vahasa, muda, tua, teman dan lain-lain memiliki porsinya masing-masing. Berbeda dengan bahasa Inggris dan Arab, yang tidak mengandung unsur seperti Jawa.

Supaya dapat merealisasikan, menurutnya dapat dimulai dari diri sendiri. Jika dalam rumah tangga, diawali oleh orangtua. Budaya, kearifan lokal, seni budaya dijaga agar tidak tergerus oleh adat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kejawen.

“Jika tidak mampu, minimal asimilasi. Tapi gelem mangan ngombe ing bumi jowo, tapi ga gelem boso jowo kok bagaimana gitu. Tradisi diuri-uri, jowo digowo, barat diruwat dan arab digarap,” pungkasnya.

(Okom/KA)

 

Related posts

Khidmat, Ponpes Babussalam Mulyoharjo Gelar Muwadda’ah Perdana dan Peresmian Gedung MAK

Rangkaian Hari Bhayangkara ke 79, Polres Jepara Gelar Doa Bersama Lintas Agama

1500 Peserta Berebut Tiket Menuju Porsema XIII Jawa Tengah