Hari Bela Negara: Meneguhkan Komitmen Kejuangan Nasional

Oleh: Dr. Muh Khamdan

Tanggal 19 Desember diperingati sebagai Hari Bela Negara. Hal itu menjadi momentum penting untuk refleksi bagi setiap warga negara Indonesia dalam meneguhkan komitmen terhadap kedaulatan dan keutuhan bangsa.

Peringatan tahun ini terjadi di tengah tantangan geopolitik global yang semakin kompleks, mulai dari konflik di Timur Tengah, dinamika di Laut China Selatan, hingga persaingan teknologi yang melibatkan negara-negara besar.

Situasi global saat ini diwarnai oleh ketegangan antarblok, terutama antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang tidak hanya memengaruhi stabilitas regional tetapi juga berdampak langsung pada Indonesia. Sebagai negara yang terletak di jantung Indo-Pasifik, Indonesia menghadapi tekanan untuk mengambil posisi strategis dalam berbagai isu, mulai dari keamanan maritim hingga kerjasama ekonomi.

BACA JUGA: Intip Aksi Polwan Cantik Polres Jepara Saat Pengaturan Lalu Lintas

Selain itu, konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah membawa dampak domino terhadap stabilitas energi dunia. Indonesia, sebagai negara yang masih bergantung pada impor energi, harus waspada terhadap fluktuasi harga yang dapat memengaruhi ketahanan ekonominya.

Di dalam negeri, ancaman tidak hanya datang dari luar tetapi juga dari dalam, seperti radikalisme, penyebaran berita palsu, dan perpecahan sosial akibat politik identitas. Tantangan ini membutuhkan pendekatan bela negara yang lebih adaptif dan relevan dengan kondisi zaman.

Di era digital, bela negara bukan hanya soal angkat senjata, tetapi juga menjaga keamanan informasi, melindungi infrastruktur vital dari serangan siber, serta membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi digital.

BACA JUGA: M. Latifun Usulkan Peningkatan Jalan Jepara-Keling kepada Menteri Pekerjaan Umum

Jepara, sebuah kota yang telah memberikan teladan bela negara secara langsung melalui sosok pahlawan perempuannya, Ratu Kalinyamat. Pada 1550, Ratu Kalinyamat mengirimkan bantuan 40 kapal dengan sekitar 5.000 pasukan perang untuk bersama-sama dalam ekspedisi jihad dengan Kesultanan Johor dan Aceh mengepung Malaka yang telah dikuasai Portugis. Kekalahan dialami pasukan gabungan kesultanan muslim, sehingga dilanjutkan kembali untuk menyerang Portugis di Malaka 1573.

Ekspedisi jihad inipun menjadi armada maritim Demak yang terakhir melawan Portugis dengan mengirimkan 300 kapal dan 15.000 personil. Meski penyerangan di Portugis mengalami kekalahan, namun pengepungan terhadap Portugis selama 3 bulan berdampak pada bebasnya Kesultanan Islam Ternate yang dipimpin Sultan Baabullah dari Portugis.

Generasi muda memegang peranan kunci dalam membangun ketahanan nasional. Di tengah arus globalisasi, mereka harus dibekali dengan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dan keterampilan teknologi untuk bersaing di tingkat global.

Program bela negara harus diarahkan untuk mencetak individu yang tidak hanya cinta tanah air tetapi juga mampu menjadi agen perubahan di berbagai bidang, baik itu ekonomi, sosial, maupun teknologi.

Momentum Hari Bela Negara ini hendaknya dimanfaatkan untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, TNI, Polri, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan masa depan. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan yang mendukung pertahanan nasional, seperti modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista), penguatan diplomasi pertahanan, dan optimalisasi cadangan logistik strategis. Di sisi lain, masyarakat perlu didorong untuk lebih aktif berpartisipasi dalam upaya bela negara, baik melalui pendidikan, pengabdian sosial, maupun inovasi teknologi.

Hari Bela Negara adalah pengingat bahwa kedaulatan bangsa adalah tanggung jawab bersama. Dengan semangat persatuan dan kesadaran kolektif, Indonesia dapat berdiri tegak di tengah dinamika global yang terus berubah.

Mari jadikan momen ini sebagai pijakan untuk memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, demi Indonesia yang lebih tangguh dan bermartabat di panggung dunia. Dan, leluhur Jepara sudah memberikan teladan baik dalam semangat kepahlawanan.

Dr. Muh Khamdan, Doktor Studi Agama dan Perdamaian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Widyaiswara Badiklat Hukum dan HAM Jawa Tengah

Related posts

Model Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan Tinggi Islam: Refleksi atas Kontribusi Dr. H. Sa’dullah Assa’idi

Terpaut dalam Jiwa Kurban: Menggugah Kesadaran Pengorbanan di Era Serba Instan

Makna Qurban dalam Membangun Karakter Umat dan Peradaban