Oleh: Murniati, S.Sos.I, M.S.I
Ratu Kalinyamat adalah tokoh Perempuan yang muncul abad XVI jauh sebelum penelitian yang dilakukan Peter Carey dan Vincent Houben yang meneliti tentang perubahan peran perempuan ningrat Jawa dari abad XVIII hingga abad XIX.
Menurut Carey dan Houben, sebelum masyarakat Eropa dan pengaruhnya datang ke Hindia Belanda, peran perempuan ningrat sangat beragam, mulai dari bidang politik, ekonomi, sosial, kemiliteran hingga supranatural. Hal ini bisa dilihat dari sepak terjang dan kepemimpinan Ratu Kalinyamat pada abad XVI M.
Ratu Kalinyamat adalah Ratu perempuan yang secara geneologis adalah putri dari Sultan Trenggono dan cucu dari Raden Patah Sultan Demak. Ratu Kalinyamat dinobatkan sebagai Ratu Jepara pada 1549 M ditandai dengan Candra sengkala ”Trus Karya Tataning Bumi” sebagai penanda hari jadi Jepara kelak.
Sejak itu sang Ratu melaksanakan amanat kepemimpinannya dengan segala daya dan upaya sehingga mampu menyelesaikan konflik kesultanan Demak dan mampu menerapkan Gender Equal. Sang Ratu butuh waktu tiga tahun untuk menyelesaikan sengkarut kesultanan Demak dan tampil membawa Jepara menjadi daerah yang loh jinawe dengan kekuatan politik diplomatik hingga tiga puluh tahun Ratu Kalinyamat berkuasa, Jepara berjaya dalam bidang ekonomi militer dan pertahanan dan perdagangan Internasional.
BACA JUGA: Misteri Ritual “Topo Wudo” Ratu Kalinyamat Diungkap Sanggar Tari Retna Kencana
Melihat sepak terjang Ratu Kalinyamat tersebut, kita bisa menelusur gerakan perempuan di Indonesia. Ratu Kalinyamat adalah sosok perempuan Jawa yang mempunyai jiwa nasionalisme sangat kuat. Kalau bicara gerakan perempuan oleh para tokoh gerakan perempuan kontemporer tentu akan tampak kesadaran terhadap gender equal dan equal leadership sudah dipraktekkan oleh sosok Ratu Kalinyamat jauh sebelum istilah tersebut selalu menjadi “kata kunci” para pegiat gerakan perempuan.
Sang Ratu mengimplementasikan social equal bisa jadi karena doktrin ideologis dari corak keislaman Jawa yang ada. Dimana agama Islam mengajarkan tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan yang membedakan adalah ketakwaannya sebagaimana Q.S. Al-Hujurat:13.
Mengutip paparan dari Connie Rahakuntini Bakrie dalam seminar Nasional Ratu Kalinyamat, pada 31 September 2021 di Semarang mengatakan bahwa visi poros maritim yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo selaras dengan pengaruh yang dipancarakan oleh Ratu Kalinyamat yang merupakan basis dasar yang dibutuhkan negara maritim, dan itu telah dipraktekkan Ratu Kalinyamat sebagai Ratu Jepara. Adapun empat elemen tersebut adalah:
Activated Geographical Influence
Secara geografis pengaruh Ratu Kalinyamat dibuktikan dengan daerah kekuasaannya meliputi: Jepara, Kudus, Pati, Rembang dan Blora. Keempat daerah tersebut adalah daerah hinterland yang merupakan penghasil beras terbaik. Ratu Kalinyamat juga berhasil menjadikan Jepara sebagai bandar perdagangan Internasional yang pengaruhnya hingga kasultanan Malaka, Maluku, Aceh, Johor,Cirebon, dan Banten. Dan waktu itu Jepara sebagai poros maritim dunia.
Murniati, S.Sos., M.S.I
Military Influence
Ratu Kalinyamat Seorang yang Pemberani (Kranide Dame) dalam catatan 8 sumber primer. Tercatat 4 kali melakukan penyerangan Portugis di Johor Malaka:
Pada 1551 Ratu Kalinyamat mengirimkan pasukannya untuk menyerang Portugis di Malaka
Pada 1564 mengirimkan pasukan ke Teluk Ambon atas permintaan Raja Ternate dalam rangka melakukan pertahanan dari serangan Portugis.
Pada 1565 Ratu Kalinyamat kembali mengirimkan pasukan ke Kawasan Ambon untuk memenuhi permintaan Sultan Hitu melawan hegemoni Portugis yang sudah menguasai sumber ekonomi (rempah-rempah dan Pelabuhan)
Pada 1574 secara mandiri mengirimkan 15 ribu pasukan dan 30 Jung besar Kembali ke Malaka untuk menyerang Portugis yang mulai menguasai wilayah tersebut.
BACA JUGA: UPZ Unisnu Jepara Sukses Kelola Dana Zakat dan Infaq 1.2 M lebih, Berikut Programnya
Economi Influence
Dalam catatan Pires & Meilink-Roeloefsz pada tahun 1511 menyatakan bahwa: wilayah Jepara mempunyai pelabuhan besar dan menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi. Pelabuhan Jepara bisa disa disinggahi kapal-kapal besar dan Jepara menjadi sebuah kekuatan kapal besar( Pires, Summa Oriental, I, P.187.9.WINK, 2004: III, 234).
Seiring dengan peningkatan volume perdagangannya dengan Malaka dan daerah-daerah lainnya, pelabuhan-pelabuhan Jepara lebih ramai daripada Demak-Law, Bangka dan Tanjung Pura yang segera menjadi deaerah bawahannya. Dalam daftar kapal-kapal yang dimiliki berbagai Pelabuhan di pulau Jawa, Jepara telah mampu memiliki jumlah kapal ukuran besar (Jung) melayani jumlah Jung-jung yang dimiliki Demak.
Cultural Influence
Dalam konteksa budaya Ratu Kalinyamat membuktikan kreatifitas ukiran yang merupakan akulturasi dari budaya Cina dan Islam hingga kini Jepara terkenal dengan kota ukir.
Dari Ratu Kalinyamat kita bisa belajar tentang kepribadian yang luar biasa, seorang Ratu muslimah yang taat serta setia terhadap suami, Ratu Kalinyamat adalah sosok yang disegani oleh musuhnya sendiri yaitu Portugis (Lemos, 1585: FLS, 22-22V). Ratu Kalinyamat mempunyai posisi tawar yang luar biasa sehingga Sultan Aceh berkali-kali datang untuk meminta bantuan ketika menyerang Malaka.
Ratu Kalinyamat juga mengajarkan tentang cinta tanah air, dengan dibuktikannya melaui semangat proto nasionalisme terhadap negara dan kekuasaannya.
Sebagai generasi muda Jepara khususnya, sudah selayaknya kita meneladani kejuangan dari sosok Ratu kalinyamat. Bersinergi dan menyelaraskan langkah dengan pemerintah daerah dan seluruh stakeholders Jepara mewujudkan Kabupaten Jepara Makmur, Unggul, Lestari dan religius. Selamat hari Jadi Jepara ke-476 Trus Karya Tataning Bumi.
Murniati, S.Sos.I, M.S.I, Ketua Pusat Studi Ratu Kalinyamat Unisnu Jepara