Hari Pendidikan Nasional: Ironi  Ganti Menteri Ganti Kurikulum

Setiap 2 Mei bangsa Indonesia, khususnya insan pendidikan memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Setiap Hardiknas, pikiran  kita mengenang langsung sosok Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional.

Ki Hadjar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan sejati adalah yang “menuntun segala kodrat anak-anak agar mereka bisa hidup sebagai manusia dan anggota masyarakat yang merdeka.” akan tetapi , di balik resepsi  Hari Pendidikan Nasional, terselip banyak problem yang mengelilinginya.

BACA JUGA: M. Latifun Dukung Polres Jepara Lakukan Patroli Peredaran Miras

Satu hal yang terus muncul dalam dunia pendidikan adalah tradisi “ganti menteri, ganti kurikulum.”

Bisa kita telisik, dalam dua dekade, Indonesia mengalami setidaknya empat kali perubahan kurikulum besar. Mulai dari KBK, KTSP, Kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka. Dan saat ini menteri pendidikan juga mewacanakan ganti kurikulum.

Prof. Suyanto, mantan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, pernah mengingatkan, “Kurikulum itu seperti kapal besar. Ia perlu waktu untuk mengarungi samudra. Jangan terus-menerus dibongkar sebelum mencapai tujuan.” Faktanya, di Indonesia ganti menteri ganti kurikulum bagaikan keharusan.

BACA JUGA: Komisi B DPRD Jepara Terima Audiensi PKN Jepara

Kebijakan pendidikan tidak bisa bergantung pada selera pejabat. Yang dibutuhkan adalah peta jalan pendidikan nasional yang dirumuskan bersama oleh  para ahli, guru, dan masyarakat, serta dijaga keberlanjutannya lintas rezim pemerintahan.

Pada peringatan Hardiknas ini, saatnya kita menyerukan kepada pemerintah: hentikan eksperimen kurikulum yang tanpa arah. Hormati perjuangan guru, murid, dan sekolah dengan kebijakan yang konsisten dan berjangka panjang. (KA)

Related posts

Hari Buruh: Sudahkah Buruh di Jepara Sejahtera?

RA Kartini dan Dimensi Spiritualitas

Saling Memaafkan