Yuk! Intip Sejarah Singkat Perang Obor Tegal Sambi dan Makna Simboliknya

JEPARA | GISTARA. COM – Senin 9 Juni 2025 ini bertepatan dengan Senin Pahing malam Selasa Pon. Sesuai tradisi yang berjalan di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara akan di gelar tradisi yang telah turun temurun sejak abad XVI yakni tradisi Perang Obor.

Pada kesempatan ini tim gistara.com akan menyajikan sejarah singkat Perang Obor beserta makna Simboliknya yang dihimpun dari berbagai sumber.

Perang Obor merupakan tradisi unik yang diselenggarakan setiap tahun di Desa Tegal Sambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Ritual ini digelar setiap tahun pada Senin Pahing malam Selasa Pon dalam kalender Jawa. Dalam peristiwa ini, para pemuda desa saling menyulutkan obor dari sabut kelapa yang telah dibakar, seakan berperang dengan api.

BACA JUGA: Tingkatkan Bauran EBT hingga 2034, PLN Siap Jalankan RUPTL Terhijau Sepanjang Sejarah

Secara historis, tradisi ini bermula dari masa Kerajaan Mataram Islam. Konon, seorang abdi dalem Kerajaan Mataram yang berasal dari Tegal Sambi bernama Ki Gemblong sedang mengemban tugas pertanian. Suatu saat, panen di daerahnya gagal akibat hama, lalu ia menyarankan warga membersihkan ladang dengan cara membakar gulma dan ranting—yang diyakini akan mengusir hama dan mendatangkan hasil pertanian yang baik. Dari sinilah awal mula perang obor yang bermakna sebagai ritual tolak bala dan permohonan kemakmuran bagi desa.

Bukan hanya sekadar tontonan budaya, perang obor sarat makna simbolik. Obor dari sabut kelapa melambangkan semangat dan keberanian pemuda dalam menghadapi tantangan hidup. Api bukan hanya menyimbolkan amarah atau pertempuran fisik, tetapi juga transformasi dan pembersihan jiwa dari sifat buruk.

Menurut Soedjatmoko dalam bukunya Filosofi Sosial Jawa, Saling menyulut obor tanpa dendam juga menggambarkan pentingnya solidaritas dan sportivitas dalam masyarakat. Meski kelihatan ekstrem, peserta tidak diperkenankan marah atau menyimpan rasa sakit hati. Hal ini menyiratkan filosofi Jawa tentang “ngluwihi rasa pribadi demi harmoni sosial”

BACA JUGA: Atasi Pengangguran dan Perkuat Ekonomi Daerah, Mas Wiwit Targetkan 20 Ribu Angkatan Kerja Terserap Setiap Tahun

Selain itu, perang obor menjadi penanda transisi spiritual. Perang obor  ini juga dimaknai sebagai bentuk syukur dan penghormatan kepada alam serta Sang Pencipta, yang telah memberikan berbagai macam Rahmat dan anugerahnya kepada warga dan desa Tegalsambi.

Tradisi ini menjadi kekayaan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Tegal Sambi. Tidak hanya sebagai warisan nenek moyang, tetapi juga sebagai media edukasi nilai-nilai gotong royong, keberanian, dan kebersamaan lintas generasi.

Tradisi Perang Obor ini harus lestari, untuk menyambungkan sanad budaya dan spiritualitas yang telah diturunkan oleh para leluhur pada generasi berikutnya, maka, harus  menjadi perhatian semua stakeholder, khususnya warga dan Pemerintah Desa Tegal Sambi serta Pemerintah Kabupaten Jepara agar tradisi Perang Obor dijaga dan dirawat. (KA).

Related posts

1500 Peserta Berebut Tiket Menuju Porsema XIII Jawa Tengah

Gaktibplin Sambut HUT Bhayangkara, Propam Polres Jepara Tegaskan Komitmen Jaga Marwah Institusi

Pastikan Liburan Aman, Polres Jepara Tingkatkan Patroli di Obyek Wisata Pantai