Latsar CPNS Kemenag, Widyaiswara Badiklat Hukum Jateng  Tekankan Penguatan Nilai-Nilai BerAKHLAK

SEMARANG | GISTARA. COM — Nilai-nilai dasar budaya kerja BerAKHLAK kembali diteguhkan dalam proses pembentukan aparatur sipil negara yang humanis dan profesional. Widyaiswara Balai Diklat (Badiklat) Hukum Jawa Tengah, Dr. Muh Khamdan, tampil penuh semangat saat memberikan penguatan nilai-nilai BerAKHLAK kepada 41 peserta Pelatihan Dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Agama pada Rabu, 16 Juli 2025. Disampaikan secara virtual, sesi tersebut bukan sekadar ceramah birokratik, melainkan sebuah dialog penuh refleksi antara nilai luhur keagamaan dan tanggung jawab sebagai pelayan publik.

Bagi Dr. Khamdan, yang menyelesaikan pendidikan hingga doktor di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sesi ini ibarat “pulang kampung”. Ia merasa seperti kembali ke habitat semula, yaitu Kementerian Agama, tempat dimana ia mengawali dan membentuk komitmen nilai pengabdian. “Ini bukan sekadar pelatihan. Ini perjalanan kembali menyemai jiwa pelayanan yang ikhlas dan akuntabel,” ujarnya membuka sesi pelatihan.

Penguatan substansi nilai-nilai BerAKHLAK, akronim dari Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif, disebar kepada para peserta dari 17 kota/kabupaten di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Mereka berasal dari Jepara, Semarang, Pekalongan, Batang, Tegal, Cilacap, Banyumas, hingga Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman. Ragam latar wilayah ini sekaligus mencerminkan pluralitas realitas yang akan mereka hadapi di lapangan.

BACA JUGA: PLN Hadir Untuk Rakyat, Pelatihan Budidaya Ikan Nila Untuk Masyarakat Ujungwatu

Dalam sesi tentang berorientasi pelayanan, peserta diajak keluar dari zona nyaman birokrasi. Mereka diminta melakukan visitasi dan studi praktik secara virtual, baik pelayanan publik ke sejumlah institusi, seperti PT KAI yang dikoordinasikan oleh Aini Rahmania, dosen UIN Salatiga. “Dari layanan transportasi, peserta belajar tentang integritas dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat,” kata Aini.

Pelayanan keagamaan juga menjadi pusat perhatian. Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), pelayanan kepenghuluan di KUA Tahunan Jepara yang dipandu oleh Wahyudi yang juga sebagai penghulu, serta praktik administrasi wakaf dan kemasjidan yang digerakkan oleh Ika Sulistiana dari MAN 1 Magelang, menjadi sumber inspirasi bagi peserta untuk melihat pelayanan agama sebagai medan dakwah pelayanan, bukan sekadar tugas administrasi.

Nilai harmonis mendapat porsi khusus. Dr. Khamdan menyampaikan pentingnya penguatan moderasi beragama yang tidak sekadar wacana, melainkan menjadi fondasi bersikap dalam realitas multikultural bangsa. Ia menekankan pentingnya cinta tanah air, toleransi antar umat, penghargaan terhadap kearifan lokal, serta sikap tegas terhadap segala bentuk kekerasan.

“Sebagai ASN Kementerian Agama, kalian bukan hanya abdi negara, tapi juga penjaga damai dan penutur kebaikan di tengah masyarakat. Moderasi itu bukan kompromi iman, melainkan strategi kemanusiaan,” tegas Khamdan yang juga aktif menulis di jurnal keagamaan dan kebijakan publik.

BACA JUGA: APBD Perubahan 2025 Disetujui, Bupati Jepara: Terus Bergerak Menuju  Terwujudnya  Jepara Mulus

Dalam aspek kolaboratif, peserta diberikan tantangan nyata untuk bekerja dalam kelompok lintas fungsi, baik dosen, guru, penghulu, dan penyuluh agama. Mereka diminta menyusun studi kasus dan merancang solusi lintas perspektif. Diskusi kelompok yang intens ini memunculkan dinamika kolaboratif yang memperkaya sudut pandang peserta.

“Kolaborasi itu bukan sekadar kerja tim, tapi komitmen untuk tidak berjalan sendiri dalam mengabdi. ASN bukan superman, tapi bagian dari super team,” ungkap Dr. Khamdan, mengutip filosofi kepemimpinan kolektif.

Latsar ini tidak hanya menjadi wahana transfer pengetahuan, tapi juga platform internalisasi nilai-nilai spiritual dan sosial. Implementasi nilai loyal dan akuntabel diwujudkan dalam penyusunan rencana aksi peserta yang akan dikawal hingga pascapelatihan. Penekanan terhadap loyalitas bukan pada figur, melainkan kepada misi pelayanan publik dan pengabdian pada negara.

Para peserta juga dibekali wawasan untuk menjadi ASN yang adaptif, siap menghadapi disrupsi digital, dinamika sosial, hingga tantangan ideologis. Dr. Khamdan mengajak peserta menjadi “agen kesejukan” di tengah polarisasi sosial, bukan memperkeruh perbedaan.

Di akhir sesi, suasana terasa mengharukan. Seorang peserta dari Kementerian Agama Cilacap menuturkan, “Saya tidak hanya belajar tentang BerAKHLAK, tapi saya merasa diingatkan kembali bahwa tugas ASN adalah ibadah.” Sebuah testimoni yang menggambarkan betapa substansi penguatan yang disampaikan menyentuh hingga ranah batin.

Latsar CPNS Kemenag kali ini membuktikan bahwa pelatihan birokrasi tidak harus kering dan teknokratis. Ketika nilai-nilai spiritual dipadukan dengan semangat pelayanan dan cinta tanah air, lahirlah insan ASN yang tidak hanya bekerja, tetapi juga mengabdi. Dan Dr. Muh Khamdan, sebagai Widyaiswara yang penuh semangat, menjadikan forum ini bukan sekadar kelas, tetapi ruang penyemaian semangat kebangsaan dan keumatan. (KA)

Related posts

Sewindu TBM Capung: Literasi Berkembang, Komunitas Bersinergi di Jepara

Tiga Jalan Menetralkan Kegelisahan, Dari Estetik, Etik hingga Asketis

Polres Jepara Maksimalkan Pengaturan Lalu Lintas di Titik Rawan dalam Operasi Patuh Candi 2025