Muladi: dari Perantau hingga Jadi Pemimpin Desa

Oleh: Hanung Fitriana

Muladi adalah sosok pemimpin desa yang dikenal bersahaja, pekerja keras, dan penuh dedikasi terhadap pembangunan masyarakat. Ia lahir di Semarang pada 26 April 1972, dari pasangan Soewarno dan Muslikhatun.

Ia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara dan tumbuh dalam lingkungan keluarga sederhana yang menjunjung tinggi nilai kerja keras dan kejujuran.

Sejak kecil, Muladi telah menunjukkan semangat belajar yang tinggi. Ia mengenyam pendidikan dasar di SDN 1 Purworejo, Suruh, Semarang (1979–1985), lalu melanjutkan ke SMPN 1 Suruh (1985–1988), dan SMA di Salatiga (1988–1991). Pendidikan tingginya ditempuh di Universitas Tidar (UNTIDAR) Magelang pada jurusan Teknik Sipil (1991–1997).

Walau masa kuliahnya cukup panjang karena adanya perubahan sistem pendidikan dan ujian negara, ia tetap teguh menyelesaikan studi dengan penuh tanggung jawab.

BACA JUGA: Jelang HUT RI ke 80, PLN UIK Tanjung Jati B Salurkan Bantuan kepada Penyandang Disabilitas di Jepara

Selama masa kuliah, Muladi aktif di ekstra dan juga aktif dalam unit kegiatan kampus bernuansa keislaman. Kegiatan ini mengasah kepemimpinan, jiwa sosial, dan kedisiplinan yang kelak membentuknya menjadi tokoh yang peduli dan dekat dengan masyarakat.

Setelah lulus kuliah, ia memulai perjalanan karier sebagai pekerja kontraktor di Magelang (1997–1998), kemudian menjadi fasilitator desa di Kabupaten Semarang (1998–1999). Namun, demi masa depan keluarga, ia memutuskan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan selama tujuh tahun (2000–2007). Pengalaman ini tidak hanya memberinya bekal finansial, tetapi juga pelajaran hidup yang memperkuat mental dan semangatnya untuk mandiri.

Sekembali ke Indonesia, ia sempat merintis usaha di Jepara (2008–2009), lalu kembali menekuni dunia pemberdayaan masyarakat sebagai fasilitator teknik kecamatan untuk Program PNPM Mandiri di Tuban (2010–2015).

Hanung Fitriana

Tak berhenti di situ, Muladi dipercaya menjadi Pendamping Desa Kecamatan Welahan, Jepara, selama enam tahun (2016–2022), dan sejak tahun 2022 hingga kini, ia menjabat sebagai Kepala Desa Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara.

Sebagai seorang pemimpin desa, Muladi dikenal dekat dengan warganya, bijaksana dalam mengambil keputusan, serta selalu terbuka terhadap aspirasi masyarakat. Ia juga terkenal sebagai pribadi yang santun, rendah hati, dan sangat peduli terhadap kemajuan desa serta kesejahteraan warganya.

Visi kepemimpinannya tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik, tetapi juga pada penguatan sumber daya manusia dan nilai-nilai gotong royong.

BACA JUGA: APBD Perubahan 2025 Disetujui, Bupati Jepara: Terus Bergerak Menuju  Terwujudnya  Jepara Mulus

Di tengah kesibukannya, Muladi tetap menyempatkan diri menjalani hobi yang menenangkan: berkebun. Baginya, merawat tanaman adalah bentuk kontemplasi, mengasah kesabaran, serta menjaga keseimbangan hidup. Tak heran jika banyak warga mengenalnya sebagai pemimpin yang tenang, tetapi penuh inisiatif dan energi positif.

Kehidupan rumah tangganya dimulai saat ia berusia 31 tahun. Sejak saat itu, ia menjalani peran sebagai suami, ayah, dan kepala keluarga dengan tanggung jawab penuh. Prinsip hidup yang selalu ia pegang adalah, “Hidup harus berguna untuk orang lain.” Prinsip inilah yang menjadi kompas dalam setiap keputusan dan langkah hidupnya.

Kisah hidup Muladi adalah contoh nyata bahwa keberhasilan bukanlah soal dari mana seseorang berasal, melainkan tentang kemauan untuk belajar, berjuang, dan mengabdi.

Ia adalah sosok teladan masyarakat yang pantas menjadi inspirasi bagi generasi muda bahwa menjadi berguna dan bermanfaat adalah bentuk kesuksesan sejati.

Hanung Fitriana, Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Komunikasi dan Desain Unisnu Jepara

Related posts

KH. Nasta’in: dari Sawah ke Panggung Dakwah

Suratno: Sang Guru Sederhana, Mengabdi Sepanjang Usia

Abah Husnin: Inspirasi Keteladanan dan Keistiqomahan di Jalan Dakwah