GISTARA.COM – Sabtu, 6 September 2025, ruang virtual Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS Bawaslu terasa hidup sejak pagi hingga petang. Sebanyak 40 peserta dari Puslitbang Diklat Bawaslu RI dan sejumlah Bawaslu Kabupaten/Kota di Bali larut dalam diskusi bersama widyaiswara Balai Diklat Hukum Jawa Tengah, Dr. Muh Khamdan. Tema besarnya, membangun budaya kerja inovasi untuk memperkuat birokrasi agile yang menjunjung nilai BerAKHLAK.
Khamdan, lulusan doktoral studi perdamaian, membuka materi dengan refleksi mendasar. ASN, bukan sekadar pelaksana aturan, melainkan agen perubahan yang dituntut adaptif dan kolaboratif. “Mindset positif bahwa ASN adalah pelayan publik harus tertanam sejak dini. Pelayanan publik itu bukan beban, tapi manifestasi dari tugas memanusiakan manusia, manifestasi ibadah pada Tuhan” tegasnya.
Dalam paparannya, Khamdan menyodorkan sejumlah studi kasus kepemiluan yang relevan. Mulai dari dinamika pengawasan di daerah hingga persoalan keterbukaan informasi publik. “Berorientasi pada pelayanan berarti siap membuka akses informasi, tetapi sekaligus memastikan pengawasan dilakukan dengan adaptif dan kolaboratif,” jelasnya.
BACA JUGA: Polisi Gelar Olah TKP Kecelakaan yang Menewaskan Mahasiswa Unnes
Para peserta CPNS dari Bawaslu Bali terlihat antusias. Mereka mengikuti pembelajaran daring dari Buleleng, Karangasem, Bangli, Klungkung, Jembrana, Denpasar, dan Gianyar. Diskusi mengerucut pada nilai adaptif dan kolaboratif yang dianggap paling mendesak untuk dipraktikkan dalam kerja sehari-hari.
Husnul Khatimah, CPNS dari Puslitbang Diklat Bawaslu RI, mengaku mendapat banyak wawasan. Ia menyebut, meski masih berstatus CPNS, dirinya terdorong untuk berani menjadi pelopor perubahan. “Kebaikan kecil sekalipun bisa berdampak luas bila dikomunikasikan dengan baik,” ujarnya.
Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS Bawaslu
Gerhana Rizki Candra Wahyuni, CPNS asal Bawaslu Jembrana, menambahkan bahwa ASN tidak bisa hanya bekerja rutin. “Kapasitas dan kapabilitas harus terus ditingkatkan. Kita dituntut siap menghadapi perubahan yang sering datang tiba-tiba,” katanya.
Pembudayaan inovasi menjadi titik diskusi yang panjang. Para peserta sepakat, inovasi bukan hanya tentang teknologi, melainkan cara berpikir terbuka dan mencari solusi baru. Semua diarahkan pada visi Indonesia Emas 2045 dengan ASN yang robust, yaitu berkarakter adaptif, tech savvy, dan eco friendly.
Khamdan menekankan, inovasi harus dibarengi kesadaran resiliensi. ASN, menurutnya, tidak cukup sekadar cepat merespon, tetapi juga harus tangguh menghadapi tekanan perubahan. “Birokrasi agile berarti birokrasi yang belajar terus-menerus, organisasi yang tumbuh menjadi learning organization,” katanya.
Dalam konteks itu, peran manajemen pengetahuan menjadi kunci. Pengetahuan yang diperoleh ASN tak boleh berhenti di individu, tetapi ditransfer, didokumentasikan, dan dikembangkan di organisasi. “ASN masa depan bukan hanya kompeten secara pribadi, tetapi juga mampu membangun ekosistem pembelajar,” imbuhnya.
Dafit Saifuloh, CPNS dari Bawaslu Bangli, memperkuat pandangan itu. Ia menyebut, kualitas ASN kelas dunia lahir dari kesadaran kolektif tentang pentingnya resiliensi dan kepedulian lingkungan. “Robust ASN itu bukan jargon, tapi arah kita bersama menuju birokrasi yang agile dan berdaya saing global,” katanya.
Diskusi semakin menarik ketika peserta mulai mengaitkan nilai BerAKHLAK dengan tantangan VUCA, _volatility, uncertainty, complexity, ambiguity_. Para CPNS muda menyadari, birokrasi harus mampu bergerak lincah dalam kondisi yang tidak pasti. “Update dalam ruang dan waktu itu keharusan,” ujar Khamdan.
Harmoni di lingkungan kerja juga menjadi pembahasan tersendiri. Menurut Khamdan, ASN yang berorientasi pelayanan tidak boleh kehilangan sisi manusiawinya. Kolaborasi hanya mungkin terbangun jika lingkungan kerja sehat, terbuka, dan penuh kepercayaan.
Kegiatan Latsar ini, bagi para peserta, tidak hanya menjadi ajang belajar teori. Lebih dari itu, mereka pulang dengan kesadaran baru bahwa birokrasi tidak boleh statis. ASN Bawaslu harus membentuk budaya inovasi, menguatkan organisasi pembelajar, dan menjadikan nilai BerAKHLAK sebagai fondasi kerja. (AD)