Oleh: Dr. Jumaiyah,SE.MSi
Rabu, 22 Oktober 2025, bukan sekadar peringatan Hari Santri Nasional biasa. Tahun ini menandai lompatan paradigma besar dengan tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”—sebuah deklarasi bahwa santri tidak lagi hanya diposisikan sebagai penjaga tradisi, melainkan aktor aktif dalam membangun masa depan bangsa yang inklusif, sejahtera, dan berperadaban.
Momentum ini semakin istimewa dengan harapan lahirnya Direktorat Jenderal Pesantren pada tanggal bersejarah ini, yang akan menjadi kado terindah bagi dunia pesantren sebagai institusi pendidikan tertua di Indonesia.
Sebuah pengakuan negara yang telah lama dinantikan oleh 42.000 pesantren dengan 11 juta santri di seluruh Nusantara.
Dari Resolusi Jihad hingga Revolusi Peradaban
Pembukaan rangkaian Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang—tempat bersejarah di mana KH Hasyim Asy’ari menyalakan api Resolusi Jihad—bukan pilihan tanpa makna. Ini adalah pengingat bahwa santri selalu berada di garda terdepan setiap lintasan sejarah bangsa.
BACA JUGA: Wakil Bupati Jepara Wanti-Wanti Kualitas Layanan Gizi di Setiap SPPG
Dari medan pertempuran fisik di masa kemerdekaan, kini santri memasuki medan pertempuran intelektual dan peradaban global.
Yang membedakan Hari Santri 2025 dari tahun-tahun sebelumnya adalah kesadaran kolektif bahwa pesantren bukan lagi sekadar ruang pendidikan tradisional, melainkan laboratorium masa depan.
Untuk pertama kalinya, Indonesia menyelenggarakan Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) tingkat Internasional di Pesantren As’adiyah Sengkang, Sulawesi Selatan, yang mempertemukan santri dari berbagai negara Asia Tenggara untuk menunjukkan keunggulan mereka dalam mengkaji kitab kuning.
Ini bukan lagi kompetisi regional, melainkan panggung dunia bagi kecemerlangan intelektual santri.
Tiga Pilar Pesantren Masa Depan
Romo Muhammad Syafi’i, Wakil Menteri Agama, menegaskan bahwa pesantren memiliki tiga fungsi utama yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019: pendidikan agama (tafaqquh fid-din), dakwah, dan pemberdayaan masyarakat. Ketiga pilar ini menjadi fondasi transformasi pesantren menuju institusi yang tidak hanya menghasilkan lulusan berakhlak mulia, tetapi juga kompetitif di kancah global.
BACA JUGA: Lewat TATAH, IFEX, hingga INDEX Dubai 2026, Bupati Jepara: Buka Jejaring Pasar Baru dan Tarik Investor ke Jepara
Dalam era disrupsi teknologi dan krisis nilai global, pesantren menawarkan solusi yang unik: pendidikan yang menyeimbangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan sosial.
Santri masa kini tidak hanya menguasai kitab kuning, tetapi juga coding, entrepreneurship, dan diplomasi internasional.
Mereka adalah generasi yang memahami tradisi namun tidak terbelenggu olehnya; yang menghormati warisan masa lalu namun berani merancang masa depan.
Kehadiran Negara: Dari Pengakuan Menuju Penguatan
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengumumkan bahwa pemerintah akan membentuk unit eselon I khusus yang menangani pesantren, sebuah lompatan dari pengelolaan di level eselon II selama ini.
Ini bukan sekadar perubahan struktur birokrasi, melainkan pernyataan politik bahwa pesantren adalah aset strategis bangsa yang memerlukan perhatian setara dengan sektor-sektor vital lainnya.
Lebih dari itu, program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto kini sudah menyasar pondok pesantren, memastikan bahwa santri tidak hanya kuat ilmunya tetapi juga sehat jasmani dan tercukupi gizinya. Investasi dalam kesehatan santri adalah investasi dalam masa depan peradaban bangsa.
Pesantren sebagai Motor Ekonomi Umat
Yang sering terlupakan adalah peran ekonomi pesantren. Setiap pesantren adalah ekosistem ekonomi mikro yang menghidupi ribuan keluarga di sekitarnya—pedagang, petani, pengrajin, hingga penyedia jasa.
Dengan program Expo Kemandirian Pesantren dan berbagai inisiatif pemberdayaan ekonomi, pesantren membuktikan bahwa kesalehan spiritual dan kemakmuran material bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi.
BACA JUGA: PLN UIK Tanjung Jati B melalui YBM Salurkan Santunan untuk Guru Ngaji di Desa Petekeyan
Pesantren mengajarkan ekonomi berbasis keberkahan, di mana kesuksesan tidak diukur hanya dari akumulasi materi, tetapi dari manfaat yang diberikan kepada sesama. Inilah model ekonomi alternatif yang sangat relevan di tengah krisis kapitalisme global dan ketimpangan yang semakin melebar.
Santri: Duta Perdamaian di Panggung Dunia
Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa negara berkepentingan memastikan pemahaman keagamaan mayoritas warganya tetap moderat, dan salah satu ruh pesantren adalah nasionalisme.
Di era polarisasi global yang semakin tajam, pesantren menjadi benteng moderasi yang sangat dibutuhkan dunia.
Santri Indonesia memiliki keunikan: mereka menguasai tradisi klasik Islam namun terbuka terhadap modernitas; mereka teguh pada prinsip namun toleran terhadap perbedaan; mereka cinta tanah air namun berwawasan global. Kombinasi ini menjadikan santri sebagai duta perdamaian yang kredibel di mata dunia.
Mengukir Masa Depan dari Pesantren
Hari Santri 22 Oktober 2025 adalah titik balik sejarah. Peringatan ini bukan hanya perayaan, tetapi gerakan moral, intelektual, sosial, dan ekonomi untuk meneguhkan kembali posisi santri sebagai pilar bangsa yang otentik dan kontributif.
Dari Sabang sampai Merauke, jutaan santri bersiap menulis ulang narasi peradaban Indonesia.
Ketika dunia dilanda krisis identitas, krisis moral, dan krisis kemanusiaan, pesantren menawarkan jalan tengah yang bijaksana.
Ketika teknologi mengancam menghilangkan sentuhan kemanusiaan, pesantren mengajarkan bahwa kemajuan sejati adalah yang memanusiakan manusia.
Mari kita sambut era baru ini dengan penuh optimisme. Era di mana pesantren tidak lagi dipandang sebelah mata, melainkan menjadi rujukan dunia dalam membangun peradaban yang adil, damai, dan bermartabat. Selamat Hari Santri 2025—dari pesantren, untuk Indonesia, menuju peradaban dunia.
Dr. Jumaiyah,SE.MSi, Dosen Unisnu Jepara