IKN sebagai Sekolah Resiliensi ASN: Misi Hijau Eco Travellers Balai Diklat Hukum Jawa Tengah

KALIMANTAN TIMUR | GISTARA.COM — Dari ketinggian Bukit Sepaku, mata memandang gugusan hijau hutan tropis yang mulai berganti dengan gedung pemerintahan modern. Di sanalah tim Eco Travellers Balai Diklat Hukum Jawa Tengah, Kementerian Hukum, menjejakkan kaki. Mereka datang bukan sekadar berkunjung, tetapi belajar dari lanskap baru yang sedang dibangun, Ibu Kota Nusantara, simbol transformasi Indonesia menuju peradaban birokrasi hijau.

Tim yang dipimpin Muh Khamdan, widyaiswara Balai Diklat Hukum Jateng, datang bersama Eko Kurnianto dan Lavin Janis Hawala. Mereka bergabung dengan rombongan Kantor Wilayah Kemenkum Kalimantan Timur, dalam kegiatan benchmarking dan pengayaan materi pelatihan berbasis green office. Agenda ini diberi tajuk Eco Travellers, mencerminkan semangat belajar yang tidak hanya menekankan kompetensi administratif, tapi juga kesadaran ekologis.

“ASN masa depan tidak bisa hanya pandai mengurus dokumen. Mereka harus peka terhadap perubahan iklim, energi, dan manusia,” ujar Muh Khamdan, di sela kunjungan ke Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, Kamis (30/10/2025). Ia menegaskan, pembelajaran lapangan semacam ini adalah upaya Badiklat Hukum Jateng menanamkan paradigma keberlanjutan dalam pelatihan ASN.

BACA JUGA: Generasi Muda Didorong Terjun Perkuat Ketahanan Pangan Daerah

Kunjungan ini berfokus pada dua hal, eco-friendly governance dan adaptive performance. Dua kata kunci itu menjadi semacam fondasi bagi birokrasi di era VUCA, singkatan dari volatility, uncertainty, complexity, ambiguity. Dunia berubah cepat, dan birokrat dituntut untuk lentur tanpa kehilangan arah. “Resiliensi bukan hanya bertahan dari perubahan, tapi mampu tumbuh di tengah ketidakpastian,” tambah Khamdan.

Selama di lapangan, tim meninjau berbagai fasilitas hunian ASN yang sudah berpenghuni sejak 3 Juli 2025. Sebanyak 574 CPNS Otorita IKN menempati Rumah Susun ASN 1 dan ASN 3, setelah menjalani pelatihan bela negara bersama Puslatpur Kodam Mulawarman. Program ini menjadi fondasi karakter bagi ASN muda, sebelum mereka menapaki karier di ibu kota yang dibangun dari nol.

Muh Khamdan

Menurut Eko Kurnianto, pengalaman itu memperlihatkan sinergi antara pembangunan fisik dan mental. “IKN sedang menjadi laboratorium besar tentang bagaimana ASN harus hidup dalam sistem yang serba adaptif. Bangunan mereka hijau, tapi pikirannya juga harus hijau,” ujarnya. Eko menilai konsep green governance di IKN bisa menjadi rujukan nasional bagi penguatan kurikulum pelatihan aparatur.

Lavin Janis Hawala menambahkan, resiliensi ASN tidak hanya diukur dari kemampuan bekerja dalam sistem digital, melainkan dari keseimbangan antara rasionalitas dan kesadaran ekologis. “ASN IKN harus jadi pionir peradaban baru. Mereka bekerja dengan kecepatan teknologi, tapi berpikir dengan kedalaman nilai,” kata Lavin. Ia menyebut konsep eco-travelling ini sebagai “belajar dengan kaki,” cara memahami birokrasi dari denyut kehidupan lapangan.

Kawasan KIPP, yang kini menampung berbagai kantor pemerintahan sementara, menunjukkan wajah baru birokrasi Indonesia. Di antara bangunan modern dan jalur hijau, tim Balai Diklat Hukum Jateng mencatat detail kecil dari sistem pengolahan limbah, penggunaan panel surya, hingga integrasi air hujan untuk keperluan domestik. Semua menjadi bagian dari pelajaran konkret tentang tata kelola ramah lingkungan.

Namun, di balik keindahan dan ketertiban IKN, tersimpan tantangan besar, yaitu membangun mental ASN yang tahan guncangan. Menurut Khamdan, birokrasi masa depan akan menghadapi tekanan sosial, politik, dan teknologi yang jauh lebih kompleks. “Itulah mengapa resiliensi harus jadi kompetensi utama. ASN tidak cukup disiplin, mereka harus resilient,” katanya tegas.

Di penghujung hari, rombongan berhenti sejenak di kawasan hutan kota yang dirancang sebagai paru-paru IKN atau dinamai Taman Kusuma Bangsa. Mereka berdiskusi sambil memandang langit senja yang memerah di atas Sepaku. Di sana, kata Khamdan, setiap batang pohon seolah berbicara tentang keseimbangan, bagaimana pembangunan tak boleh mematikan kehidupan, dan kemajuan tak boleh menghapus kesadaran manusia.

Refleksi itu menjadi penutup perjalanan Eco Travellers. Bukan sebagai akhir, tetapi permulaan cara baru melihat pelatihan ASN. Dari IKN, mereka membawa pulang bukan sekadar catatan administratif, melainkan inspirasi: bahwa ASN masa depan harus hijau pikirannya, kuat jiwanya, dan tangguh menghadapi ketidakpastian. Karena di era VUCA, resiliensi adalah bentuk baru dari kecerdasan birokrasi. (AD)

Related posts

Serdik SPPK Sespim Polri Angkatan ke-2 Laksanakan KKP di Tiga Polda, Lakukan Kegiatan Humanis untuk masyarakat

Sosialisasi Empat Pilar di UNISNU Jepara, Dr. Hindun Anisah Ajak Mahasiswa Jaga Semangat Kebangsaan

Kapolri dan Ketua Komisi IV DPR RI Apresiasi Pengelolaan SMP dan SPPG oleh Yayasan Kemala Bhayangkari Karanganyar