Oleh: KH. Ansyori Ali Al Ja’fari Al Mutamakkini
Betul dan benar adanya bahwa pada tanggal 10 November 1945 telah terjadi perang akbar yang bersejarah. Perang besar ini membawa korban yang sangat banyak, berupa nyawa, raga, uang, harta benda, tenaga, doa, istigasah, gerakan laku spiritual, waktu, pekerjaan, dan lain-lain. Karena itu, Perang 10 November ini ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Hari Pahlawan dan perjuangan ini sebenarnya lahir dan dilahirkan agar hari ini bisa dijadikan sebagai data fakta sejarah, momentum sakral, fenomena yang penuh makna/hikmah, cahaya pengakuan riil, sumber motivasi, referensi inspirasi, uswah hasanah, dan lain-lain bagi siapa saja, terlebih bagi generasi penerus dan angkatan pemuda bangsa Indonesia dari masa ke masa.
BACA JUGA: Jepara Gandeng UGM, Tata Kawasan Wisata Pesisir dengan Sentuhan Sains
Para pejuang dan para pahlawan pada saat itu tidak pernah terlihat berharap balasan jasa, uang, harta benda, kekayaan, jabatan, kedudukan, pujian, popularitas, pendapatan, penghasilan, gaji, upah, bisyarah, hibah, hadiah, kompensasi, insentif, dan balasan-balasan duniawiah, kecuali hanya berharap balasan dari Allah Swt, dan harapan agar Indonesia senantiasa tetap merdeka dan tidak dijajah kembali oleh kaum penjajah lagi.
Memang kemerdekaan itu harganya sangat mahal sekali. Tidak ada salahnya jika ada orang yang berpendapat bahwa kemerdekaan itu merupakan rahmat besar dan nikmat agung yang diberikan oleh Allah Swt, kepada bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia, apalagi Indonesia/Nusantara yang pernah dijajah oleh kaum penjajah dalam waktu yang sangat lama, sampai terhitung berabad-abad lamanya.
Indonesia pernah dijajah oleh Portugal, Spanyol, Inggris, Belanda, VOC, dan Jepang, sehingga bangsa Indonesia terpaksa harus melakukan perlawanan dan peperangan dari masa ke masa, hal ini menelan banyak korban di mana-mana.
BACA JUGA: Jelang Hari Sumpah Pemuda, YBM PLN UIK Tanjung Jati B Gelar Program “Muzakki Mengajar” di Panti Asuhan Mandiri Darul Qur’an Jepara
Untuk itu, bangsa Indonesia wajib bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Swt., kepada para pejuang, kepada para pahlawan, dan kepada siapa saja yang pernah berjuang dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh agar Indonesia bisa merdeka ila yaumil qiyamah.
Bangsa Indonesia wajib cinta tanah airnya, bangsanya, negaranya, rakyatnya, dan taat kepada para pegawainya dan para aparatnya, bahkan kepada para pemimpin dan presidennya.
Bangsa Indonesia wajib bersyukur secara totalitas syukur, meliputi syukur secara lisan, syukur dalam hati, dan syukur secara amal perbuatan.
Bangsa Indonesia wajib merasa terpanggil dan ikut bertanggung jawab atas kelangsungan keberadaan Indonesia/NKRI, berkomitmen pada hasil-hasil konsensus nasionalnya: Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Sumpah Pemuda.
Bangsa Indonesia wajib mendatangkan kemanfaatan dan kemaslahatan untuk Indonesia.
Bangsa Indonesia wajib menghilangkan kemudaratan dan kemafsadahan Indonesia.
BACA JUGA: Aksi Inspiratif Polwan Polres Jepara dan Warga, Gotong Royong Bersihkan Parit di Mayong
Bangsa Indonesia wajib ikut memberikan andil dan partisipasi kepada pemerintahan dan NKRI untuk bersama-sama ikut meningkatkan kemajuan, kebahagiaan, kesejahteraan, keamanan, ketertiban, keunggulan, dan kejayaan Indonesia.
Bangsa Indonesia dilarang keras menciptakan kerusakan, bahaya, bencana, kekacauan, kedurhakaan, pembangkangan, dan pemberontakan yang bisa mengganggu stabilitas negara dan bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia wajib meningkatkan sumber daya manusianya dan memanfaatkan sumber daya alamnya untuk kemakmuran, kebaikan, dan keadilan sesuai dengan peraturan hukum perundang-undangan yang ada.
Bangsa Indonesia wajib meningkatkan pendidikannya, keterampilannya, keahliannya, skill-nya, kapasitasnya, kompetensinya, dan profesionalitasnya agar mau dan mampu berkompetisi dan berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain dalam segala sektor hidup dan kehidupan yang ada.
Bangsa Indonesia wajib menambah ilmunya, uangnya, harta bendanya, jabatannya, pengaruhnya, kekuatannya, kemampuannya, keunggulannya, kemenangannya, kejayaannya, dan teknologinya untuk menghadapi zaman globalisasi, modernisasi, dan digitalisasi.
Semoga NKRI senantiasa tetap bersatu, jaya, manfaat, maslahah, berkah, berhikmah, dan berfaedah.
Semoga NKRI dijauhkan dari peperangan, permusuhan, perpecahan, mafsadah, madarat, afat, laknat, fitnah, dan musibah.
Amin ya rabbal alamin.
KH. Ansyori Ali Al Ja’fari Al Mutamakkini, Rois Syuriah MWC NU Bangsri