Selapanan IKA PMII Jepara: Meneladani Perjuangan Pahlawan sebagai Spirit Pergerakan

M. Latifun, Anggota DPRD Jepara menjadi pemantik dalam refleksi Hari Pahlawan

JEPARA | GISTARA.COM — Dalam balutan rintik-rintik hujan yang dingin, Pengurus Cabang  Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC IKA PMII) dan PMII Jepara menggelar kegiatan Selapanan dengan tema “Meneladani Perjuangan Pahlawan sebagai Spirit Pergerakan”, Rabu malam (12/10/2025) di Wisma Pergerakan Karangkebagusan, Jepara.

Acara yang dimulai sejak pukul 19.30 WIB ini dihadiri oleh pengurus PC IKA PMII, PC PMII, para alumni, dan kader.  Mereka berkumpul bukan sekadar untuk memperingati, tetapi juga merenungi makna kepahlawanan dalam kehidupan masa kini.

Suasana menjadi khidmat saat Tim Hadrah Ashabussuffah PC PMII Jepara membuka rangkaian acara dengan lantunan Maulid Nabi. Setelah itu, pembacaan tahlil menambah  kekhusyuk’an malam refleksi tersebut.

BACA JUGA: Dukung Ketahanan Pangan dan Peningkatan Ekonomi, Jepara Utara Diproyeksikan Jadi Kawasan Agrowisata

Ketua PC IKA PMII Jepara, Kusdiyanto, dalam sambutannya, mengajak seluruh peserta untuk meneladani semangat para pahlawan bangsa.

“Di momen Hari Pahlawan ini, mari kita meniru jejak dan semangat perjuangan RA Kartini serta Ratu Kalinyamat — dua tokoh perempuan inspiratif dari Jepara yang mengabdikan hidupnya untuk bangsa,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan dan keberanian dua pahlawan asal Jepara itu dalam kehidupan modern saat ini.

Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Yusril selaku moderator. Dua narasumber hadir memberikan perspektif yang menggugah: Syamsul Ma’arif, S.H.I., M.Si. Dosen Unisnu Jepara dan M. Latifun, S.Sn., S.T., M.T. Anggota DPRD Jepara.

Syamsul Ma’arif menyampaikan pemaparan dalam refleksi Hari Pahlawan yang digelar oleh PC IKA PMII dan PC PMII Jepara

Syamsul Ma’arif dalam paparannya mengulas makna pahlawan dari perspektif Islam.

“Pahlawan adalah mereka yang berjuang untuk keadilan, kebenaran, dan kemaslahatan umat, tanpa pamrih dan hanya mengharap ridho Allah,” jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa siapa pun dapat menjadi pahlawan, meski gelar resmi hanya diberikan oleh negara. Menurutnya, menjaga budaya dan sejarah bangsa juga bagian dari sikap kepahlawanan.

“Gus Dur pernah berkata, sudah saatnya NU menulis sejarahnya sendiri,” katanya mengutip pesan inspiratif.

Syamsul juga menyoroti krisis moral yang melanda bangsa Indonesia. Ia menilai solusinya terletak pada peneladanan nilai-nilai kepahlawanan, pendidikan karakter, dan keteladanan pemimpin.

BACA JUGA: Genjot Kunjungan Wisatawan ke Jepara,  Mulyoharjo dan Sepanjang Jalan Tahunan Digarap Jadi Destinasi Wisata Ukir

Sementara itu, M. Latifun mengajak peserta untuk melakukan refleksi diri.

“Kita semua bisa menjadi pahlawan, setidaknya bagi diri sendiri dan keluarga,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa orang tua, terutama ibu, adalah pahlawan sejati dalam kehidupan kita.

“Jangan sampai kita lupa menghargai perjuangan orang tua yang setiap hari berkorban untuk kita,” tambahnya.

Menurutnya, perjuangan masa kini adalah bagaimana anak muda memantaskan diri untuk memperjuangkan masa depan keluarga dan lingkungannya.

Diskusi semakin hidup disaat para peserta memberikan respon kepada narasumber. Salah satu  para peserta mempertanyakan terkait penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.

Malam refleksi Hari Pahlawan menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa perjuangan tak pernah berhenti. (KA)

Related posts

Polisi Ekshumasi Makam ART di Jepara yang Meninggal di Rumah Majikan

BAZNAS Jepara Ulurkan Bantuan, Ringankan Beban Pengobatan Tumor Otak Remaja Bawu

“JATI UKIR” Program Inovasi Polres Jepara