JEPARA – GISTARA.COM – Suasana haru sekaligus meriah terjadi di halaman MA/MTs NU Tengguli pada Ahad, (18/5/2025), saat Yayasan Tarbiyatul Islam Tengguli (YTIT) ini menggelar acara Pelepasan Murid Kelas XII MA NU Tengguli, Kelas IX MTs. NU Tengguli, dan MI Tamrinussibyan Tengguli Tahun Ajaran 2024/2025. Rangkaian acara perpisahan ini salahsatunya dikemas dalam pertunjukan budaya wayang kulit yang sarat makna pendidikan dan spiritualitas.
Pertunjukan wayang kulit ini mengisahkan lakon Gatutkaca Winisuda yang dibawakan oleh dua dalang remaja yang merupakan siswa dan alumni MA NU Tengguli. Dalang pertama Nur Hasan kelas XI dan Lalik Afredi alumni MA NU Tengguli angkatan 2024 yang saat ini menempuh pendidikan di Jurusan Pedalangan ISI Yogyakarta. Kedua Dalang remaja ini diasuh langsung oleh Ki Heni Gondo Pawiro, tokoh Dalang dari Desa Tengguli Bangsri Jepara.
Gatotkaca Winisuda menceritakan tentang Raden Gatotkaca yang memiliki otot kawat serta tulang besi yang merupakan putra dari Bimasena (pandawa) dan Arimbi (keturunan raksasa). Tetapi pada saat itu terjadilah pertentangan ketika Gatotkaca hendak dijadikan sebagai raja Pringgadani (bangsa raksasa), hal tersebut ditentang oleh Raden Brajadenta (adik Arimbi).
BACA JUGA: Tingkatkan Kompetensi Guru Ke-NU-an, Workshop Penguatan Aswaja Kembali Digelar di Zona 2
Raden Brajadenta merasa ialah yang lebih berhak atas tahta sebagai raja di Pringgadani karena ia putra laki-laki di keluarga Braja sedangkan Gatotkaca hanya anak dari kakak perempuannya. Terjadilah keributan antara Raden Brajadenta dan Arimbi. Gatotkaca membantu ibunya untuk melawan Brajadenta. Pada saat itu Gatotkaca berhasil diringkus oleh Brajadenda dan akan membunuhnya menggunakan senjata Candrasa. Namun Brajamusti (ayah Arimbi dan Brajadenta) membela Gatotkaca yang kemudian terjadilah perkelahian antara dua raksasa. Keduanya bertarung dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, namun tidak ada yang menang.

Pertunjukan Wayang Kulit
Karena sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, tubuh kedua raksasa tersebut mati dan mulai mengecil yang kemudian menyatu dengan tubuh Gatotkaca. Sehingga Gatotkaca memiliki berbagai ilmu dan kekuatan seperti ajian Brajamusti pada telapak tangan kirinya dan ajian Brajadenta pada telapak tangan kanannya. Karena hal tersebut, Gatotkaca dinobatkan sebagai raja Pringgadani.
Kisah tersebut menggambarkan kisah ke-Ksatri-an Brajamusti, Brajadenta dan Gatutkaca. Nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan pengabdian menjadi pesan utama yang disampaikan melalui tokoh-tokoh dalam lakon wayang tersebut.
“Wayang kulit ini menjadi simbol harapan kami, bahwa para siswa akan membawa semangat Gatotkaca—kuat, jujur, dan berani—dalam mengarungi kehidupan. Kami percaya, mereka akan menjadi generasi Qurani yang bijaksana dan bermanfaat bagi bangsa,” ujar Pak Son Hadi, Kepala Madrasah MA NU Tengguli disela-sela acara.
Dengan pertunjukan wayang kulit ini, rangkaian acara pelepasan siswa kali ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi media penyampaian nilai luhur pendidikan yang akan terus membekas dalam perjalanan hidup para siswa.
Acara Perpisahan tahun ini diselenggarakan selama 2 hari, mulai Ahad dan Senin 18/19 Mei 2025 dengan rangkaian acara hari pertama, 1). Ziarah Muassis Yayasan, 2). Dongeng Rakyat bersama Den Hasa, 3). Pementasan Wayang Kulit. Hari kedua, 1). Prosesi Perpisahan dan 2). Pentas Ketjoprak Remaja Teater Laskar MA NU Tengguli. (AD)