JEPARA | GISTARA. COM – Ribuan orang menghadiri peringatan Haul ke 18 KH. Muhammad Ibnu Sahil (Mbah Sahil), di Makam Danus Desa Sinanggul Mlonggo –Jepara. Peringatan Haul Mbah Sahil dilaksanakan setiap tanggal 26 Safar, yang tahun ini bertepatan 12 September 2023. Menurut pantauan Gistara.com, dari tahun ke tahun yang mengikuti Haul Mbah Sahil semakin bertambah banyak.
Peringatan haul diisi dengan khataman Al-qur’an dan pembacaan tahlil , yang dimulai pukul 15.30 WIB- selesai. Gus Mamad, salah satu putra Mbah Sahil yang didapuk menjadi perwakilan keluarga, menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran kaum muslimin, yang dengan tulus ikhlas mendo’akan Mbah Sahil.
“Kulo ngaturaken matur-suwun sak katah-katahipun atas kerawuhan poro alumni, poro santri, lan kaum muslimin engkang sampun dongak’aken Mbah Sahil, mugi kito sedoyo angsal keluberan barokahipun Mbah Sahil, lan saget neladani amal saenipun” tutur Gus Mamad.
Biografi singkat Mbah Sahil
Mbah Sahil lahir semasa Indonesia dalam cengkeraman penjajah, 2 tahun sebelum Nahdlatul Ulama’ (NU) lahir. Mbah Sahil dilahirkan di Jepara bertepatan pada 31 Desember 1924. Beliau anak ke 3 dari 5 bersaudara dari pasangan Simbah Kyai Ahmad Nawawi bin Said dan Ibu Nyai Rubai’ah.
BACA JUGA : PCNU Jepara Gandeng Azola Indonesia Latih 80 Kader Manajemen Usaha
Putra-putri simbah Kyai Ahmad Nawawi bin Said dan Ibu Nyai Rubai’ah secara berutan yaitu Mas’adi, Fadhil , Muhammad Ibnu Sahil, Muthohhar dan Masmuatin. Sahil kecil hidup di lingkungan yang agamis dan dalam bimbingan langsung ayahnya, yaitu Kyai Ahmad Nawawi.
Untuk meningkatkan ilmu agamanya, Sahil yang telah menginjak usia remaja dikirim ayahnya untuk mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren APIK Kajen yang diasuh oleh KH. Muhammadun Abdul Hadi. Pasca dari Pondok Pesantren APIK Kajen, Sahil Remaja melanjutkan pendalaman ilmunya di Pondok Pesantren Sarang Rembang yang di asuh langsung oleh KH. Zubair Dahlan yang tak lain adalah ayah dari KH. Maemun Zubair.
Setelah mengaji dengan KH. Zubair Dahlan paripurna, Sahil remaja melakukan pengembaraan ilmu selanjutnya di Pondok Pesantren Darul Ulum Pondowan, yang di asuh langsung oleh KH. Muhammadun, warga sekitar menyebutnya Mbah Madun Pondowan. Di sini Sahil remaja memantapkan ilmunya, sebelum mengamalkan ilmunya di masyarakat.
Berdakwah
Sejak pulang dari pondok pesantren, Mbah Sahil langsung mengamalkan ilmunya, membimbing masyarakat Jepara khususnya wilayah mlonggo dengan bahasa yang lemah lembut dan memberi contoh secara langsung. Dakwah mbah sahil dari majlis ke majlis dan masjid ke masjid. di antara jalur dakwah beliau adalah di Desa Tempur Kecamatan Keling
Selain melakukan dakwah berkeliling dari majlis ke majlis dan masjid ke masjid, Mbah Sahil membuka pengajian secara terbuka di Masjid Al-makmur, yang ini menjadi embrio pondok pesantren Heru Cokro. Beliau juga membuka rumahnya selebar-lebarnya bagi warga masyarakat yang meminta saran, nasehat dan do’a yang berkaitan dengan problema yang dihadapi.
Membidani lembaga pendidikan
Seluruh waktu, tenaga dan pikiran mbah Sahil tercurahkan untuk membimbing masyarakat, serta menyiapkan generasi selanjutnya yang sholeh dan sholeha. Berdasar hal tersebut Mbah Sahil membidani lahirnya lembaga pendidikan seperti Pondok Pesantren Heru Cokro, Mts Heru Cokro, MA Annawawi, Madrasah Ibtidaiyah dan TPQ.
Diantara yang patut diteladani dari mbah Sahil adalah kegemarannya dalam bersilaturahmi. Mbah sahil semasa hidupnya gemar bersilaturahmi tidak hanya terbatas kepada sesama kyai saja, tapi silaturahmi kepada santrinya dan juga masyarakat biasa.
Selain bersilaturahmi, yang perlu di teladani dari mbah sahil adalah dalam memberikan saran atau masukan pada orang lain disampaikan dengan bahasa yang halus dan dengan sopan. Semoga kita dapat meneladani kebaikan-kebaikan dari Mbah Sahil.
(Kun)