JEPARA | GISTARA. COM – Upaya untuk menjadikan seni ukir kayu Jepara sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda oleh UNESCO kini semakin kuat. Hal ini didorong oleh semangat dan kepedulian berbagai pihak, termasuk Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat yang memiliki kedekatan emosional dan komitmen terhadap pelestarian budaya Jepara, serta Bupati Jepara Witiarso Utomo yang secara aktif mengembangkan potensi ukiran sebagai kekuatan budaya dan ekonomi daerah.
Saat ini, Bosnia telah lebih dahulu memperoleh pengakuan UNESCO atas seni ukirnya, dan Indonesia, khususnya Jepara, tengah menjajaki langkah-langkah diplomatik agar Bosnia dapat membuka jalan kerja sama dalam pengakuan ukiran sebagai warisan budaya bersama.
Komunitas Ukir Jepara yang dipimpin oleh Sutrisno, terus menggencarkan upaya agar seni ukir kayu khas Jepara diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Dalam berbagai forum dan kesempatan, komunitas ini menyuarakan pentingnya pengakuan internasional terhadap warisan budaya lokal yang telah menghidupi ribuan warga Jepara secara turun-temurun.
BACA JUGA: YBM PLN UIK Tanjung Jati B Berikan Santunan untuk Penyandang Disabilitas di Bulan Ramadan
Dukungan nyata terhadap upaya tersebut ditunjukkan melalui surat resmi yang ditandatangani oleh Ketua Komunitas Ukir Jepara, Sutrisno, dan Sekretarisnya, Suhartono. Surat tersebut ditujukan kepada Bupati Jepara Witiarso Utomo sebagai bentuk dukungan penuh terhadap langkah pemerintah daerah dalam mengajukan seni ukir Jepara ke UNESCO.
Dalam surat tersebut disebutkan bahwa seni ukir Jepara memiliki nilai historis, keberlanjutan ekonomi, serta capaian internasional yang menjadikannya layak mendapat pengakuan dunia.
Komunitas Ukir Jepara meyakini bahwa seni ukir bukan sekadar warisan estetika, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat Jepara.
“Ukiran adalah napas kami, bukan sekadar pekerjaan. Ia adalah warisan yang hidup dalam keseharian kami,” ungkap Sutrisno pada tim gistara. (27/5/25).

Bupati Jepara dan Dubes Bosnia mengukir bersama
Menurutnya, ukiran telah menyatu dalam budaya, filosofi hidup, dan tradisi masyarakat Jepara sejak berabad-abad lalu, dan kini perlu dijaga dan dikenalkan ke dunia secara lebih luas.
Suhartono, sebagai Sekretaris Komunitas Ukir Jepara, menambahkan bahwa seni ukir memiliki potensi besar untuk berkembang, terutama jika didukung oleh berbagai inisiatif dan teknologi modern. Ia menekankan pentingnya menciptakan ekosistem yang mendukung regenerasi pengrajin muda, mulai dari pelatihan, perlombaan, pameran, hingga penjualan yang adil.
“Pemuda harus merasa bangga dan yakin bahwa mengukir adalah profesi yang menjanjikan,” katanya.
Salah satu inisiatif sukses yang digagas komunitas ini adalah keterlibatan Jepara Carver dalam berbagai pameran besar, seperti di Paragon Mall Semarang yang difasilitasi oleh Bank Indonesia 1-5 Mei 2015.
BACA JUGA: Polres Jepara Giatkan Patroli, Cegah Aksi Premanisme di Titik Rawan
Dalam acara tersebut, karya-karya ukiran Jepara menarik perhatian luas, termasuk dari ekspatriat yang bukan hanya membeli karya-karya tersebut, tetapi juga menyatakan minat untuk belajar langsung teknik mengukir ala Jepara. Momentum ini menjadi bukti bahwa seni ukir Jepara memiliki daya tarik global.
Tidak berhenti di situ, Komunitas Ukir Jepara juga merancang ide promosi yang inovatif dengan memanfaatkan teknologi digital. Suhartono mengusulkan integrasi teknologi seperti virtual reality dan augmented reality untuk memperkenalkan desa-desa pengrajin Jepara kepada dunia.

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dukung seni ukiran Jepara menjadi warisan dunia
“Bayangkan jika setiap desa pengukir bisa muncul di Google Maps dengan menampilkan karya-karya ukirannya, itu akan menjadi promosi budaya yang sangat efektif,” ujarnya.
Komitmen komunitas ini juga tampak saat mereka menyambut kedatangan Duta Besar Bosnia dan Herzegovina untuk Indonesia, Armin Limo, yang secara khusus mengunjungi Jepara Carver.
Dalam kunjungan tersebut, Armin bahkan mencoba langsung mengukir dengan teknik lokal, dan mengagumi perbedaan serta keindahan ukiran Jepara dibandingkan dengan ukiran Bosnia yang sudah lebih dahulu diakui UNESCO. Kunjungan ini menjadi simbol kolaborasi budaya dan pertukaran nilai yang berharga.
BACA JUGA: Ketua PP GP Ansor Addin Jauharudin Bakar Semangat Kader Ansor dan Banser Jepara, Ajak jadi Penolong yang Nyata
Sutrisno menegaskan, apa yang dilakukan oleh komunitasnya dan perusahaan Jepara Carver bukan semata demi pengakuan, tetapi demi keberlanjutan tradisi ukir itu sendiri. Pengakuan dari UNESCO, menurutnya, akan memberikan perlindungan hukum, peningkatan apresiasi, serta memperluas akses pasar bagi para pengrajin lokal.
“Kami tidak ingin seni ini padam hanya karena dilupakan. Sebaliknya, ia harus terus bersinar sebagai jati diri Jepara dan bangsa Indonesia,” katanya.
Dengan semangat dan konsistensi Komunitas Ukir Jepara dan Jepara Carver dalam melestarikan dan mempromosikan seni ukir kayu, harapan agar ukiran Jepara diakui sebagai warisan budaya dunia kian mendekati kenyataan. Mereka tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga mengemasnya secara modern agar relevan di era global, menjadikan ukiran Jepara sebagai kebanggaan lokal yang mendunia.(KA)