SEMARANG | GISTARA. COM – Suasana pagi di lahan sport center Balai Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Hukum Jawa Tengah, Senin, 9 Juni 2025, tak seperti biasanya. Aroma tanah basah bercampur semangat gotong royong mewarnai area bakal masjid yang tengah disiapkan di sudut kompleks Badiklat. Di tempat itulah, untuk pertama kalinya sejak berdiri 2018, Badiklat Hukum Jawa Tengah menggelar prosesi penyembelihan hewan kurban.
Sekitar pukul 09.00 WIB, seluruh pegawai dari unsur PNS dan PPNPN sudah berkumpul. Mereka tampak kompak, tanpa sekat struktural, tanpa batas kultural. Dari kepala badiklat hingga tenaga kontrak, semua larut dalam kerja kolektif. Beberapa sibuk memotong daging, lainnya menyiapkan logistik, sementara sebagian lagi mengatur persiapan pengelolaan daging kurban.
Kepala Badiklat Hukum Jawa Tengah, Rinto Gunawan Sitorus, menyambut hangat keterlibatan penuh para pegawainya. “Ini bukan hanya soal menyembelih hewan, tapi bagaimana kita menyembelih ego, menyambung kepedulian sosial, dan menumbuhkan rasa pengabdian di kampus Pancasila,” ujarnya saat membuka acara. Rinto menyebut, momen Idul Adha adalah cerminan nilai-nilai gotong royong yang menjadi napas utama Pancasila.
BACA JUGA: PLN UIK Tanjung Jati B dan Pokdakan Sido Maju II Kembangkan Rumah Bibit Mangrove: Solusi Hijau untuk Konservasi dan Ekonomi Masyarakat
Hewan-hewan kurban berasal dari sumbangan pegawai dan mitra kerja Badiklat. Seluruh proses dilakukan secara syar’i dan higienis, dengan pengawasan ketat dari tim yang telah terlatih. Penanggung jawab teknis penyembelihan adalah Muh Khamdan, widyaiswara Badiklat Hukum Jateng, yang juga berperan sebagai juru sembelih halal.
“Ini kali pertama kami menyelenggarakan kurban sejak Badiklat berdiri. Alhamdulillah, prosesnya berjalan lancar. Semoga jadi awal keberkahan untuk semua,” kata Khamdan usai melaksanakan tugasnya. Ia mengaku tak menduga atmosfer kebersamaan dalam kegiatan ini begitu kuat. “Kami tidak sekadar melaksanakan ritual, tapi juga memperkuat ikatan batin antarpegawai,” imbuhnya.
Kegiatan yang berlangsung hingga siang hari itu juga menjadi ruang refleksi spiritual. Khamdan menyebut penyelenggaraan kurban di lokasi bakal masjid sebagai bentuk penyatuan antara dimensi lahir dan batin. “Di sinilah nantinya masjid akan berdiri, tempat pegawai membangun koneksi vertikal dengan Tuhan. Kurban ini adalah permulaan yang sakral,” ujarnya.
Menurut Kasubag Tata Usaha, Anita Dwi Fatmaningrum, penyelenggaraan kurban bukan sekadar simbolis, tapi bagian dari pembentukan karakter aparatur yang berjiwa Pancasila. Nilai-nilai religius dan humanis ditanamkan melalui praktik langsung, bukan sekadar ceramah atau materi diklat. “Karakter insan Pancasila itu harus terasa, salah satunya lewat penguatan spiritual seperti proses kurban ini,” tambahnya.
BACA JUGA: Polres Jepara Gelar Upacara Peringati Hari Lahir Pancasila Tahun 2025
Di sisi lain, lahan area sport center yang belum sepenuhnya dimanfaatkan kini tampak hidup. Gelaran plastik untuk cacah tulang dan daging, sekaligus dijadikan sebagai lokasi penyembelihan hewan kurban, membangkitkan aura kebersamaan. Suasana yang dibangun jelas tak sebatas fisik. Ruang itu seolah menjadi arena pembangunan kesadaran kolektif. “Kami berharap masjid nanti akan jadi pusat kegiatan spiritual yang menyatukan seluruh elemen,” kata Arif, pegawai PPNPN.
Hingga pukul 11.00, seluruh proses kurban selesai. Para pegawai tampak puas dan menyiratkan optimisme kurban tahun depan semakin bertambah semangat dengan peningkatan hewan kurban dan area distribusi. Beberapa pegawai masih bertahan hingga siang untuk membereskan peralatan dan memastikan tak ada sampah tertinggal. Tidak ada yang merasa bekerja sendirian. Semangat kolegialitas tumbuh dari bawah, sebuah praktik nyata nilai kebersamaan dalam birokrasi.
Ritual kurban di Badiklat kali ini menjadi lebih dari sekadar agenda tahunan. Ia menjelma sebagai laboratorium sosial yang menumbuhkan nilai-nilai luhur, yaitu keikhlasan, kepedulian, dan kerja sama. “Momentum ini menyentuh akar,” ucap Rinto. “Dan semoga menjadi fondasi spiritual untuk pembangunan masjid dan masa depan lembaga yang lebih berjiwa.”
Badiklat Hukum Jawa Tengah, dalam sunyi dan syahdu kurban perdana itu, menunjukkan bahwa aparatur sipil bukan sekadar penggerak roda administrasi. Mereka juga bisa menjadi motor nilai-nilai kemanusiaan, dengan ketulusan. (KA)