SEMARANG | GISTARA.COM – Sabtu, 20 September 2025 menjadi momen penting bagi 40 peserta Pelatihan Dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP). Didampingi oleh Dr. Muh Khamdan, widyaiswara Balai Diklat Hukum Jawa Tengah, Kementerian Hukum, para peserta digembleng dalam agenda ketiga Latsar yang berfokus pada penguatan inovasi ekosistem digital sekaligus pengawasan ruang digital dalam kerangka Smart ASN.
Kegiatan yang diikuti ASN muda Kementerian PKP dari Nabire, Jayapura, Pontianak, Manado, Pekanbaru, Jogjakarta, Makassar, Samarinda, Bandung, Palembang, Lampung, Medan, hingga Banda Aceh ini menghadirkan keberagaman latar belakang. Mereka dibagi dalam dua kelompok, namun tetap berkolaborasi dalam satu semangat, membangun kompetensi Smart ASN yang adaptif terhadap tantangan zaman.
Dari ruang widyaiswara di Semarang, Dr. Khamdan menegaskan bahwa digitalisasi bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan pokok dalam mendukung pelayanan publik di bidang perumahan dan kawasan permukiman. Menurutnya, pengelolaan data, perencanaan tata ruang, hingga pengawasan pembangunan harus berbasis teknologi informasi agar lebih transparan, efisien, dan akuntabel.
BACA JUGA: Polisi Sahabat Anak, Polres Jepara Edukasi Keselamatan dengan Cara Seru
“Kerja berbasis digital adalah keniscayaan bagi ASN. Apalagi di sektor perumahan dan permukiman yang memiliki kompleksitas khas Indonesia. Digitalisasi akan mempercepat respons kebijakan dan meningkatkan kualitas layanan bagi masyarakat,” ujar Khamdan dalam paparannya.
Peserta Latsar ini tidak hanya diminta memahami teori, tetapi juga ditargetkan menyusun rancangan aktualisasi. Rancangan tersebut menjadi bukti komitmen mereka dalam mengimplementasikan nilai-nilai dasar BerAKHLAK, akronim dari berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif, di unit kerja masing-masing.
Lebih jauh, aktualisasi itu diarahkan untuk mencerminkan karakteristik Smart ASN. Mulai dari nasionalisme yang kokoh, wawasan global, hospitality dalam pelayanan publik, penguasaan IT dan bahasa asing, profesionalisme, hingga jiwa entrepreneurship. Semua ini diharapkan dapat menjawab tantangan pembangunan perumahan dan permukiman yang semakin kompleks.
Kehadiran peserta dari berbagai daerah memberi warna tersendiri. Mereka membawa pengalaman lokal sekaligus semangat untuk memaksimalkan kearifan lokal dalam desain serta penataan hunian. Hal ini dinilai penting agar setiap solusi perumahan tetap kontekstual dengan budaya, geografis, dan kebutuhan masyarakat di daerah masing-masing.
“Sebagai calon arsitek pembangunan bangsa, kalian harus mampu menyandingkan teknologi digital dengan kearifan lokal. Desain rumah bukan hanya soal fisik, tetapi juga nilai sosial, budaya, dan lingkungan yang hidup di dalamnya,” pesan Khamdan kepada para peserta yang sebagian besar berlatar belakang teknik sipil dan arsitektur.
BACA JUGA: 81 Miliar Dikucurkan ke Jepara, Bupati Perjuangkan 834 Irigasi dan Penanganan Abrasi Pantai 2026
Antusiasme peserta tampak ketika sesi diskusi interaktif berlangsung. Mereka berbagi gagasan mengenai bagaimana platform digital bisa dimanfaatkan untuk memantau kualitas bangunan, mengefisiensikan distribusi bahan, hingga mencatat partisipasi masyarakat dalam pembangunan perumahan.
Salah satu peserta dari Jayapura, Dimas Naufal Bilal Ramadhan, menuturkan bahwa penggunaan aplikasi berbasis digital dapat membantu mempercepat pelaporan progres pembangunan rumah layak huni di Papua. Sementara peserta dari Sumatra Utara, Aisyah Salsabila, menekankan pentingnya sistem database untuk memastikan pemerataan pembangunan di daerah terpencil.
Momentum ini sekaligus menjadi ruang refleksi bahwa transformasi digital di tubuh ASN tidak bisa ditunda. Kehadiran generasi muda yang akrab dengan teknologi menjadi modal kuat bagi Kementerian PKP untuk memperkuat ekosistem digital dalam pelayanannya.
Di akhir sesi, Khamdan kembali mengingatkan bahwa pengawasan ruang digital sama pentingnya dengan pembangunan fisik. Tanpa pengawasan yang ketat, ruang digital bisa disalahgunakan untuk informasi palsu, penyalahgunaan data, atau praktik birokrasi yang tidak sehat.
Dengan semangat yang membara, para peserta Latsar berkomitmen membawa pulang ilmu ini untuk diwujudkan dalam program aktualisasi di instansi masing-masing. Mereka sadar bahwa digitalisasi bukan hanya alat, tetapi juga cara pandang baru dalam membangun perumahan dan kawasan permukiman Indonesia yang lebih berkelanjutan dan inklusif. (AD)