Kak Amin dan Kak Anisah memberikan inspirasi melalui dongeng
JEPARA | GISTARA. COM — Udara pagi di kawasan Balai Latihan Kerja Pecangaan masih lembap ketika satu per satu siswa Sekolah Rakyat Dasar (SRD) 1 Jepara memasuki ruangan kegiatan, Selasa (2/12/2025).
Mereka datang dengan wajah penuh penasaran, beberapa menggandeng tangan teman, sebagian lainnya menggenggam buku kecil yang mereka bawa dari Asrama.
Hari itu, sekolah rakyat tersebut menjadi ruang kecil yang hangat, tempat cerita-cerita baik disebarkan melalui kegiatan Peningkatan Literasi Sekolah melalui Mendongeng bertema Saling Menyayangi dan Menghormati untuk Kenyamanan Bersama.
BACA JUGA: Kolaborasi Lintas Instansi, PLN Kebut Pemulihan Kelistrikan Aceh
Kegiatan yang berlangsung pukul 07.30–11.00 WIB itu dibuka dengan penuh khidmat. Setelah pembacaan doa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, suasana berubah menjadi lebih meriah ketika paduan suara siswa tampil membawakan lagu-lagu semangat yang mereka latih beberapa minggu terakhir.
Tepuk tangan yang menggema seakan menjadi tanda bahwa pagi itu bukan sekadar acara rutin—tetapi perayaan kecil tentang tumbuhnya budaya baca dan karakter baik di lingkungan sekolah rakyat.
Dongeng yang Menginspirasi
Panggung sederhana di depan ruangan menjadi pusat perhatian ketika dua pendongeng muda, Kak Anisa & Siti, maju membawa boneka tangan. Siti Nuranisah, yang kesehariannya mengajar di SDN 1 Srowong sekaligus founder TBM Capung, memulai sesi dengan cerita tentang dua sahabat kecil yang belajar menghormati perbedaan.
Suaranya lembut namun tegas, gesturnya penuh ekspresi. Anak-anak duduk bersila, mata mereka tak berkedip—seolah seluruh dunia menyempit menjadi panggung dan cerita yang sedang berlangsung.
BACA JUGA: Peringati Hari Pramuka, MI Manbaul Falihin Ngabul Gelar Lomba dan Workshop Kreatif
Tak kalah menarik, Kak Amin & Iman— pendongeng dari TBM Az Zahwa—menghadirkan cerita yang dibalut humor. Iman, boneka yang menjadi “partner” Kak Amin, berkali-kali membuat siswa tertawa. Namun di balik tawa itu, pesan moral soal saling menyayangi dan menghormati tetap diselipkan dengan halus.
“Dongeng bukan hanya hiburan,” ujar Kak Amin dalam sesi interaktif singkat.
“Ia jembatan untuk menanamkan nilai-nilai yang tidak selalu mudah disampaikan lewat ceramah,” tegasnya
Read Aloud
Selain dongeng, kegiatan read aloud atau membaca nyaring membuat suasana semakin hidup. Anak-anak diminta membaca potongan cerita sederhana, lalu bersama-sama mendiskusikan makna dan sikap baik yang bisa dipelajari. Metode ini bukan hanya melatih keberanian, tetapi juga meningkatkan minat baca dengan cara yang menyenangkan.
Para guru yang hadir juga terlibat aktif. Mereka mendampingi siswa, memberikan dukungan, dan mencatat teknik-teknik yang disampaikan narasumber—mulai dari cara mengatur intonasi ketika mendongeng hingga strategi menarik perhatian anak saat membaca nyaring.
Melalui kegiatan ini, SRD 1 Jepara berharap dapat terus membangun budaya literasi yang menyenangkan. Mendongeng bukan hanya kegiatan artistik, tetapi sarana untuk memperkuat karakter, membangun kepekaan sosial, serta menumbuhkan rasa saling menghargai di antara siswa.
Nilai-nilai itulah yang menjadi benang merah seluruh kegiatan: bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi kemampuan memahami kehidupan dan bersikap baik terhadap sesama.
Cerita bukan sekadar kata-kata, tetapi jendela yang membuka jalan menuju masa depan yang lebih penuh kasih dan saling menghormati. (KA)