Dr. KH. Mas’udi, M.A paparkan materi
KUDUS | GISTARA. COM – Di lantai 2 Gedung Pascasarjana UIN Kudus, suasana ruang kuliah tampak tenang namun penuh dinamika akademik. Para mahasiswa menyimak dengan saksama ketika Dr. Mas’udi, M.A. menyampaikan mata kuliah Islam dan Teori-teori Budaya, yang mengajak peserta perkuliahan menelusuri perkembangan ilmu pengetahuan serta proses transmisi, peralihan, dan transformasi peradaban sepanjang sejarah.
Ia menjelaskan bahwa perkembangan ilmu tidak berlangsung secara linear, tetapi melalui proses pewarisan pengetahuan antar seluruh bangsa besar dunia—mulai dari Yunani, peradaban Islam, hingga Eropa.
BACA JUGA: Membangun Kesadaran Berlalu Lintas, Dit Lantas Polda Jateng Sosialisasi Safety Driving
Dr. Mas’udi, M.A. memaparkan bahwa dalam tradisi Yunani, Aristoteles mengenal konsep Theos sebagai kebenaran dasar yang mengatur alam semesta. Theos dipahami sebagai Tuhan, sehingga rumusan teologis dalam fase awal filsafat banyak berakar pada pola pikir Aristoteles.
“Pada abad ke-2 Masehi, pemikiran Yunani berkembang di tengah kekuasaan Romawi, bukan dalam masyarakat Islam, sehingga ketika Islam muncul di jazirah Arab pada abad ke-6, ia berhadapan dengan dua kekuatan besar: Romawi dan Persia,” ungkap Mas’udi saat menyampaikan kuliah di Gedung Pascarjana UIN Kudus, Senin (7/12/25).

Mahasiswa S3 UIN Sunan Kudus
Lebih lanjut, Dr. Mas’udi, M.A. menjelaskan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tahun 571 M menjadi penanda hadirnya peradaban baru. Masa tersebut adalah fase peralihan ketika disiplin ilmu Yunani mulai stagnan di wilayah Romawi, tetapi kemudian menemukan kehidupan baru setelah Islam tumbuh sebagai kekuatan intelektual dan politik.
BACA JUGA: Kolaborasi Lintas Instansi, PLN Kebut Pemulihan Kelistrikan Aceh
“Dalam khazanah keilmuan Islam, berbagai tokoh kemudian muncul untuk menghidupkan kembali tradisi filsafat Yunani, termasuk merespons dan mengembangkan gagasan Aristoteles. Ibnu Tufail melalui karyanya Asrār al-Niyām dan Hayy ibn Yaqẓān memberikan kontribusi penting dalam membangun nalar rasional,” jelasnya dengan penuh semangat diakhir pertemuan.
Sementara itu, para ilmuwan besar seperti Al-Kindi, Al-Biruni, dan Al-Mas‘udi—yang dikenal sebagai perintis ilmu geografi—menjadi tokoh sentral dalam proses kreatif Islam mengolah warisan intelektual Yunani menjadi tradisi ilmiah yang baru dan khas.
Kuliah ini menegaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan merupakan hasil dialog panjang lintas peradaban, dan Islam memainkan peran penting dalam membangun jembatan antara warisan Yunani dan kemajuan Eropa pada masa selanjutnya. (KA)