UNGARAN | GISTARA.com – Permasalahan sampah di lingkungan sekitar tampaknya memicu keprihatinan para pelajar SMPN 2 Ambarawa, Kabupaten Semarang. Atas dasar itulah, mereka berkreasi memanfaatkan sampah menjadi barang yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti pemandangan yang terlihat di salah satu ruang kelas VII. Sekelompok murid sedang mempraktikkan bagaimana cara kerja speaker aktif yang terbuat dari sampah berupa kardus dan kaleng bekas minuman bersoda.
“Buatnya sederhana, hanya memanfaatkan kardus bekas tempat gelas dan juga kaleng bekas,” ujar Naufal Faiz (14), pelajar kelas VII A saat ditemui di sela-sela jam pelajaran belum lama ini.
Dijelaskan Faiz (sapaan akrabnya), cara kerja speaker aktif ini sangat sederhana. Yakni, kardus yang berbentuk kubus dilubangi dua sisi atas dan bawah. Fungsi dari lubang itu sebagai tempat untuk memasang kaleng. Sementara di bagian sisi yang lain juga dibuat lubang seukuran handphone sebagai sumber suara.
“Setel musik lewat hp, lalu ditaruh di lubangnya. Fungsi dari kaleng bekas untuk menambah nyaring suaranya,” katanya sambil mempraktikkan cara kerja speaker aktif.
BACA JUGA: Bikin Bangga! Pelajar SMP N 2 Ambarawa Juarai Ozone2Climate Art Contest 2022 Asia Pasifik
Sementara Kepala SMPN 2 Ambarawa Heri Muryanto menuturkan program daur ulang sampah itu merupakan salah satu wujud implementasi kurikulum merdeka dalam proyek penguatan pelajar pancasila.
“Seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 244 orang dilibatkan dalam proyek ini. Untuk proyek kita ambil tema ubah sampah jadi berkah,” ujarnya.
Pihaknya melihat situasi saat ini pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah terutama plastik semakin memprihatinkan. Jika dibiarkan, hal ini akan menjadi bom waktu yang berdampak pada kerusakan lingkungan.
“Ini kesempatan emas untuk memberikan kesadaran kepada para siswa mengenai bahaya sampah plastik. Barang-barang yang dihasilkan juga bagus, ada tempat pensil, pot bunga, ecobreak dan juga speaker,” urainya.
Mengenai prosesnya, dikatakan Heri, proyek ini menggunakan sistem blok. Artinya dikerjakan dalam satu waktu selama dua minggu. Mulai dari sosialisasi, pemberian materi hingga praktik. Pihaknya mendatangkan praktisi dari Dinas Lingkungan Hidup dan aktivis lingkungan.
“Para siswa diajari bagaimana mendaur ulang sampah agar memiliki nilai ekonomi,” tuturnya.
Heri menambahkan, gol yang ingin dicapai dengan proyek ini adalah SMPN 2 Ambarawa bisa menjadi pelopor perjuangan lingkungan sekaligus ‘pendekar’ sosialisasi bahaya sampah plastik.
“Yang memungkinkan adalah dengan diet plastik, menguranginya,” imbuhnya. (Arief/Gistara)