JEPARA | GISTARA. COM – Dalam rangka mempersiapkan generasi yang moderat, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Jepara menggelar Workshop Penguatan Moderasi Beragama untuk Guru PAI.
Kegiatan dilaksanakan di aula LP Ma’arif NU Jepara diikuti Kepala SMP, Kepala SMA/ SMK yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kepala SMP/SMA/SMK naungan LP Ma’arif NU Jepara (11/10/23).
Hadir dalam acara tersebut Plt. Kakankemenag Jepara,H. Akhsan Muhyiddin, S. E.,M. M., Ketua LP Ma’arif NU Jepara, Mualimin, M. Pd. I, Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara, KH. Charis Rahman, dan Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah, R. Andi Irawan, M. Ag.
Mualimin dalam sambutannya mengatakan bahwa LP Ma’arif NU Jepara merasa bersyukur dan mendapat berkah dalam kegiatan hari ini. ” Alhamdulillah Narasumber yang luar biasa hari ini rawuh semua, ini berkah bagi keluarga LP Ma’arif Jepara.” Tuturnya.
BACA JUGA : Ini Makna dan Filosofi Logo Hari Santri 2023
Lebih lanjut Mualimin mengatakan bahwa LP Ma’arif Jepara memiliki lembaga pendidikan yang besar, Madrasah Ibtidaiyah: 144, MTs: 79, MA: 46, SMP: 37, dan SMA/SMK: 32. ” Kalau potensi yang besar ini dirawat, dikembangkan, insyaallah LP Ma’arif Jepara akan maju, berkembang, dan sukses.” Tuturnya.
KH. Charis Rahman, Ketua PCNU Jepara mengatakan bahwa Bagi Nahdlatul Ulama moderasi beragama sudah tidak asing lagi kalau orang mengenal NU secara totalitas. Kita akan tahu dan melihat nilai-nilai Rahmatan Lil Alamin sudah menjadi budaya di kalangan Nahdlatul ulama.
Kiai Charis juga mengingatkan bahwa saat ini banyak yang bathil ( salah) berseliweran. ” Kalau dulu orang cukup mengenal kebenaran tidak harus mengenal yang batil, tapi sekarang orang harus mengenal kebenaran dan harus disertai meng-caunter yang bathil (salah) karena yang salah berseliweran. Oleh karena itu, kita harus banyak membaca referensi.” Tegasnya.
Secara khusus Kiai Charis mengajak LP Ma’arif untuk memerankan apa yang dilakukan Nabi saat hijrah ke Madinah. ” Langkah Nabi pertama kali adalah membangun masjid karena ada suku-suku yang sering berkonflik. Masjid menjadi media untuk menyelesaikan konflik dan perbedaan. Sekarang LP Ma’arif harus menjadi “masjid” di antara sekian perbedaan. Sambungnya.
R. Andi Irawan, Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah menuturkan bahwa moderasi beragama bagi umat Islam adalah hal yang tidak asing. ” Umat Nabi Muhammad SAW disebut ” Ummatan Wasathan” yang berarti adil, tengah-tengah, tidak radikal tidak liberal.
Sikap radikal dan liberal tidak melahirkan rahmat. Hal ini bertentangan dengan misi Nabi diutus. Tawassuth hakikatnya adalah menjaga keselarasan, keseimbangan sehingga menghasilkan ukhuwah Islamiah, Wathaniyah, alamiyah, dan insaniyah.
Guru Pendidikan Agama Islam memiliki posisi strategis dalam mengajarkan Islam moderat lewat ajaran Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Lewat keteladanan guru dan mindset moderasi berpikir.
Sementara H. Akhmad Muhyiddin, Plt. Ka. Kankemeg Jepara, saat membuka acara workshop mengajak kepada peserta untuk menjaga legasi moderasi beragama yang telah diajarkan leluhur bangsa Indonesia.
Sejak awal Leluhur kita sudah menyadari bahwa bangsa Indonesia itu berbeda-beda suku, agama, dan budaya. Sehingga saat merumuskan piagam Jakarta menjadi Pancasila seperti sekarang ini ada titik kompromi yang mereka tempuh demi menjaga persatuan dan kesatuan.
Saat menyinggung fenomena yang sedang melanda dunia pendidikan akhir-akhir ini, misalnya tentang bullying, penganiayaan siswa, pendisiplinan siswa yang berujung pada pelaporan, H. Akhsan, panggilan akrabnya mengajak guru untuk menjadi benteng moral dan Akhlakul Karimah.
” Ilmu itu bisa dicari dari mana saja, tetapi Akhlaqul Karimah harus dari guru, guru: digugu dan ditiru. Komunikasi yang baik dengan pihak manapun harus dibangun dengan baik.” Pintanya.
BACA JUGA : 20 Tahun Nelayan Desa Telukawur Terhimpit Akibat Privatisasi Pantai
Workshop Penguatan Moderasi Beragama untuk Guru Mapel Pendidikan Agama Islam diisi tiga narasumber, yaitu Dr. Sa’dullah As-Saidi, M. Ag., Rektor Unisnu Jepara, Dr. Sholeh Abwa, Ketua Sakoma PBNU, dan Hariyanto Oghie, Sekretaris LP Ma’arif PBNU. Ketiga narasumber bersepakat untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada generasi muda.
Menurut Dr. Sa’dullah dalam implementasi moderasi beragama guru harus mampu memahami dirinya, sehingga yang dilakukan terhadap siswanya adalah cerminan dari citra seorang guru. Ikhtiar lahir maupun batin juga perlu dilakukan dan diperkaya dengan banyak cara sehingga tujuan pendidikan moderasi beragama dapat terwujud.
Lebih lanjut Dr. Sa’dullah As-Saidi mengatakan bahwa ada tiga peran yang diemban oleh guru. Pertama peran pendidikan, guru menjadi uswah (teladan) dan qudwah ( panutan). Kedua, fungsi pengajaran, guru harus kaya materi. Ketiga, fungsi pembelajaran, proses interaksi guru dan siswa.
Sementara Dr. Sholeh Abwa dan Hariyanto Oghie menyoroti pentingnya memasukkan 9 butir Moderasi Beragama yang harus diimplementasikan dalam setiap pembelajaran. Di samping itu juga perlu kolaborasi dengan lingkungan lain dan diviralkan agar mengisi ruang-ruang di media sosial. Muatan lokal dan tradisi budaya dapat menjadi sarana penguatan Moderasi Beragama.
(Sub/KA)