JEPARA | GISTARA. COM – Diantara kitab populer di dunia pesantren, yang dikaji dari berbagai perspektif oleh para pakar adalah kita Al Hikam, karya Syeikh Ibnu Athaillah dari Sakandaria.
Kitab yang berisi kata mutiara bidang tasawuf ini, telah menjadi embrio spiritual bagi ummat Islam, dan dunia pesantren secara khusus, bahkan buku berjudul “Manusia Rohani” karya KH. Ulil Abshar Abdalla secara spesifik mengurai dengan menjelaskan kitab tersebut dari sisi kemanusiaan dan modernitas.
Geliat kajian kitab Al Hikam, juga nampak di pesantren An Nur Desa Mangunan, asuhan kyai Rosif dan Mbah. H. Mukoddar (Alm) yang dilaksanakan setiap Jumat pagi (17/11/23)
Rutinan tersebut telah mengkhatamkan ngaji kitab tersebut empat kali putaran. “Ini khataman yang keempat” tandas Kyai Shohibul Itmam saat memberi pengantar khataman kitab tersebut.
BACA JUGA : Mantingan Sebagai Ruang Intelektual Studi Sejarah
Lebih jauh Dr. Itmam yg juga dosen Pascasarjana IAIN Kudus, menegaskan bahwa kitab Al Hikam bisa melahirkan ragam disiplin ilmu, sesuai perspektif dan pendekatan keilmuan yang dipakai.
Hadir dalam khataman tersebut beberapa kyai antara lain KH. Rozikin Daruttauhid Jepara, KH. Imam Abi Jamroh Al Anwar Mantingan dan KH. Muhlis sebagai penceramah dari Welahan Jepara.
Sebagai penceramah KH. Muhlis menegaskan perlunya berdoa tiada henti sebagai manivestasi isi kajian kitab Al Hikam.”Dengan doa semua bisa dilakukan” tandas kyai Muhlis, yang juga sesepuh dari pengurus Majlis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Indonesia (MP3I) Cabang Jepara.
Dalam ceramahnya lebih lanjut K.H. Muhlis senada dengan Dr. Itmam, yang juga pengampu kajian Kitab Nashaihul setiap Senin malam Selasa di Pondok An Najah desa Petekeyan dengan mengutip teks mutiara tasauf “Janganlah menemani orang yang perbuatan dan perkataanya tidak bisa mendekatkan diri kita pada Allah”.
BACA JUGA : LAZISNU Ranting Langon, Luncurkan Mobil Layanan Umat
Lintas disiplin ilmu perlu dikembangkan dalam kajian kitab Al Hikam tersebut, misalnya bidang politik, ekonomi, pendidikan sosial dan lainya.
Proses khataman tersebut ditutup dengan doa yang dipimpin KH. Imam Abi Jamroh dan makan bersama para jamaah.
Nasi Kebuli mewarnai menu hidangan khusus para kyai dengan menu “nampanan nasi kebuli khas Jepara” tandas kyai Rosif Arwani sebagai pengasuh An Nur.
Dari khataman tersebut, diharapkan bisa menjadi stimulan dan dorongan masyarakat desa Mangunan dan sekitarnya, untuk terus berusaha mengamalkan isi kitab tersebut, sesuai konteks dan sosio kultur setempat, menuju masyarakat yang damai menjalani kehidupan sebagai “Manusia Rohani” .
(SI/KA)