JEPARA | GISTARA.COM – Pesisir Kabupaten Jepara terancam mengalami peningkatan abrasi. Pengamat menyebut, antropogenik dan perubahan iklim (pemanasan global) jadi penyebab abrasi terus bergentayangan.
Pimpinan Tim Studi Perubahan Dinamika Garis Pantai di Perairan PLTU Tanjung Jati B, Dr. Aris Ismanto, S.Si., M.Si. mengatakan, antropogenik atau bahaya atas tindakan dari kelalaian manusia berakibat fatal.
“Intervensi manusia berupa aktivitas dari pemerintah, swasta atau masyarakat yang tidak melihat permasalahan secara holistik, akibatkan kerusakan yang lebih parah lagi,” papar Dr. Aris Ismanto, Jumat (23/2/24).
BACA JUGA: Setiap Tahun Demam Berdarah di Jepara Menelan Korban
Sehingga, peneliti besutan Universitas Diponegoro (Undip) itu membeberkan, sejumlah daerah di pesisir Jepara mengalami perubahan garis pantai. Seperti Bondo, Bayuran, Telukawur, maupun Kedung.
Hal tersebut, diungkap Dr. Aris Ismanto melalui Youtubenya ‘Center for ICZM UNDIP’. Terlihat beberapa pantai baik di Kabupaten Jepara dan Demak, terjadi perubahan garis pantai dari 1 sampai 9,64 meter per tahun.
“Terjadi perubahan garis pantai, area yang sebelumnya kawasan hutan lalu jadi tambak, dari ujung barat sampai ke PLTU Tanjung Jati B sudah ada, meresahkan sebenarnya,” terang dia.
Selanjutnya, korelasi pola perubahan garapan dari masa sebelum, sekarang, dan mendatang, ia menyebut, terdapat fluktuasi pasang. “Ini akibat fenomena perubahan iklim, sehingga pola kejadian abrasi dan akresi adalah faktor alam,” sambungnya.
Di sisi lain, ihwal Jetty di area PLTU, menurutnya, tidak berpengaruh terhadap dinamika garis pantai. Karena Jetty memiliki struktur open pile, sehingga arus sepanjang garis pantai yang mengangkut sedimen dapat tertransport sesuai arah dominasi arus susur currentnya.
BACA JUGA: Jelang Musim Haji 2024, Ini Jumlah Biaya yang Harus Dipenuhi
Sementara itu, Asisten II Sekda Jepara, Hery Yulianto mengaku sepakat dengan penyampaian Dr. Aris Ismanto, yakni faktor alam. Sehingga, Pemkab Jepara merencanakan pembangunan breakwater sebagai solusi.
“Jika laut di Demak naik 20 Cm, tanah turun 10 Cm, takutnya Jepara sama meski yang memiliki karakter tanah 11 12 ada di Kedung, tapi Jepara akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait dalam pembangunan break water,” pungkas Hery Yulianto.
(Okom/KA)