JEPARA | GISTARA. COM – Di tengah isu global tentang proteksi pangan dan krisis pasokan internasional, masyarakat Desa Tahunan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara justru tampil percaya diri menunjukkan potensi lokal. Karnaval Kirab Gunungan yang digelar dalam rangka Sedekah Bumi, Sabtu (24/5/2025), menghadirkan delapan gunungan hasil bumi yang diarak oleh masing-masing RW se-Desa Tahunan, menjadi bukti nyata kemandirian dan kekayaan alam lokal yang masih lestari.
Puncak acara kirab berlangsung meriah dengan iring-iringan budaya, dan gunungan penuh hasil panen. Masyarakat tumpah ruah memadati jalan-jalan desa untuk menyaksikan simbol syukur atas anugerah bumi yang melimpah. Namun, dari sekian gunungan, ada satu yang paling mencuri perhatian: gunungan milik RW 06, Tendoksari.
BACA JUGA: PLN Nusantara Power Services dan PLN UIK Tanjung Jati B Kukuhkan Komitmen Kolaborasi dalam Semangat Hari Buruh
RW 06 tampil berbeda dengan mengangkat tema Ketahanan Pangan Nasional. Menurut Ketua RW Suhartono, seluruh isi gunungan adalah hasil pertanian warga sendiri. Setiap RT urunan bukan untuk membeli dari pasar luar, melainkan dari hasil bumi RW 06 itu sendiri. “Padi kami beli dari Ibu Murti, kacang tanah dari panenan Ibu Keswati, dan kelapa dari kebun Pak Ratimin,” ujar Suhartono.
Yang paling menarik adalah keberhasilan warga menanam buah-buahan eksotis seperti anggur impor jenis Transfiguration dari Ukraina dan Beach Cherry dari Australia. Dua jenis buah tersebut tumbuh subur di RT 1 RW 06 berkat perawatan Ibu Ayu Ritno. Ini menjadi bukti bahwa tanah Tahunan punya potensi menumbuhkan tanaman dari berbagai penjuru dunia.
Panen terbesar disumbang oleh Bapak Endro, yang memiliki kebun buah beraneka macam seperti alpukat, jeruk, lemon, sawo, kedondong, dan jambu kristal merah. Ia juga mengelola tanah wakaf Masjid Syuhada’ untuk dijadikan kebun buah. Rencananya, dalam dua tahun ke depan, lokasi ini akan dibuka sebagai wisata edukatif “Petik Buah Bukit Tendoksari”.
BACA JUGA: Polres Jepara Imbau Masyarakat Tidak Takut Laporkan Aksi Premanisme
Gunungan RW 06 juga memuat hasil kebun dari Bapak Hendrik berupa ketela pohon, belimbing dari pohon milik Bapak Hariyanto yang dirawat seperti anak sendiri, serta jeruk purut di halaman rumah Masnur Cahyo. Tak kalah menyentuh adalah hadirnya pisang besar dari kebun almarhum Bapak Nurul Huda menjadi simbol bahwa kebaikan dan manfaat tanaman bisa terus hidup bahkan setelah sang penanam telah tiada.
Karnaval ini bukan hanya simbol syukur, tapi juga seruan bahwa tanah Desa Tahunan masih sangat subur dan layak dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Dari dataran rendah hingga bibit impor, semua bisa tumbuh dan memberi hasil. Masyarakat hanya perlu semangat gotong-royong, cinta terhadap tanah, serta kesadaran akan pentingnya menjaga alam dan mewujudkan gemah ripah lohjinawi Indonesia. (KA)