Oleh: Milkaruma Maulida
Dengan sikap disiplin, berwibawa, ramah, dan ringan tangan, Suratno mencatat jejak pengabdian yang luar biasa di dunia pendidikan dan sosial. Sejak remaja, beliau terbiasa bekerja keras, dari sekolah sambil merawat bebek milik saudaranya, hingga menjadi guru yang menyambi menjahit jok kursi demi memenuhi kebutuhan keluarga. Hidup beliau adalah potret nyata dari ketekunan, tanggung jawab, dan ketulusan dalam menjalani setiap peran.
Disela rutinitasnya, beliau tetap meluangkan waktu untuk berolahraga, khususnya buku tangkis. Menurutnya olahraga ini menjaga semangat hidup tetap menyala. Namun lebih dari itu, hidup Suratno selalu dipenuhi dengan ibadah.
Beliau dikenal sebagai sosok yang istiqomah dalam menjalankan kewajiban agama, mencintai dzikir, dan menjadikan ibadah sebagai nafas kehidupan sehari-hari. Dalam hidupnya, beliau menggenggam sebuah prinsip yang sederhana namun kuat ”pengen bejo dunyo akhirate ya dekatkan diri kepada Allah”.
Suratno lahir di Magelang pada 24 Maret 1968, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Cobaan hidup datang sejak usia dini, beliau ditinggal wafat oleh ayahnya Ketika masih balita bahkan tidak pernah tau wajah sang ayah seperti apa.
BACA JUGA: Wujudkan Semangat Kemerdekaan , YBM PLN UIK Tanjung Jati B Salurkan Santunan untuk Lansia di Jepara
Tak lama kemudian, ibunya menikah lagi, dan sejak saat itu beliau ditinggal bersama serta dirawat dengan penuh kasih oleh kakek dan neneknya. Dalam suasana yang penuh kesederhanaan, nilai-nilai kerja keras dan ketabahan mulai tumbuh dalam dirinya.
Beliau dikenal sejak kecil sebagai anak yang tekun, santun, dan suka membantu siapa saja. Pendidikan formalnya dimulai di SD Mungkid, dilanjut ke SMP Negeri Blabag dan lulus pada tahun 1987. Dengan semangat tinggi, beliau melanjutkan ke SPGN Magelang dan berhasil lulus pada tahun 1990.
Setelah menyelesaikan Pendidikan guru, beliau memutuskan merantau ke Jepara untuk mencari pengalaman dan penghidupan. Beliau bekerja dibidang mebel di PT. Satin Abadi Ngabul, dan memutuskan ngekost di daerah Ngabul juga. Di tempat kerjanya juga beliau bertemu dengan seorang wanita yang kemudian menjadi istrinya, Dwi Yunawati.
Mereka menikah di tahun yang sama 1990, dan dikaruniai dua orang anak Muhammad Abdul Manan (lahir 1999) dan Bagus Maulana (lahir 2006). Keluarga kecil ini bertempat tinggal di tanah kelahiran sang istri yaitu tepatnya di desa Dermolo Kembang Jepara.
Meski bekerja dipabrik mebel, semangat Suratno untuk mengabdi di dunia pendidikan tak pernah surut. Dengan latar belakang pendidikan guru, beliau menerima tawaran menjadi Guru Tidak Tetap (GTT) di SD Negeri 1 Balong Kembang Jepara. Pengabdian di dunia pendidikan dimulai dari titik nol yaitu tanpa gaji, tanpa jaminan, namun dengan semangat dan keikhlasan yang luar biasa.

Milkaruma Maulida
Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, beliau membuka usaha jasa menjahit jok kursi. Siang mengajar, malam menjahit, itulah rutinitasnya yang dijalani dengan sabar dan tanggung jawab.
Menjadi guru juga mendorongnya kembali kuliah di Universitas Terbuka, Bangsri. Namun, keterbatasan biaya membuatnya harus berhenti di semester dua. Meski demikian, beliau tidak menyerah. Beliau tetap mengajar dengan dedikasi penuh hingga dipercaya menjadi guru bantu di sekolah yang sama. Gaji Rp 750.000,00 kala itu beliau memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk melanjutkan kuliah yang sempat tertunda, hingga akhirnya berhasil mendapat gelarnya sebagai Suratno S.pd.
Suratno pernah mencoba mengikuti seleksi CPNS, namun gagal. Beliau tetap bersabar dan mengabdi. Pada tahun 2010, pemerintah membuka kesempatan mengangkat guru bantu menjadi PNS tanpa tes. Suratno termasuk salah satu yang diangkat. Sebuah momen yang menjadi puncak dari pengabdian panjangnya. Beliau menjalani tugasnya menjadi PNS dengan penuh amanah hingga akhir hayatnya.
Di lingkungan sosial, beliau juga aktif dan dipercaya masyarakat. Beliau sempat menjabat sebagai ketua RT selama satu setengah periode. Kepeduliannya terhadap tetangga dan warga sekitar, membuatnya selalu dirindukan.
BACA JUGA: APBD Perubahan 2025 Disetujui, Bupati Jepara: Terus Bergerak Menuju Terwujudnya Jepara Mulus
Beliau dikenal ringan tangan membantu siapa saja yang membutuhkan. Kelembutannya dalam bersikap berpadu dengan kewibawaannya sebagai sosok pemimpin kecil yang besar hati.
Bagi murid-muridnya, Suratno bukan hanya seorang guru, tapi juga seorang ayah, sahabat, dan teladan. Beliau tegas tapi lembut, disiplin tapi hangat,sederhana namun penuh wibawa.
Beliau tak pernah absen dari sholat berjamaah, bahkan menjadi penggerak kegiatan keagamaan di sekolah dan di lingkungan sekitar. Dzikir dan ibadah sunnah telah menjadi bagian hidupnya sejak muda.
Bulu tangkis adalah hobinya, bukan hanya sebagai olahraga, tetapi juga sebagai cara menjalin silahturahmi dengan rekan-rekan sejawat. Beliau kerap mengisi waktu luang dengan bermain di Gedung serbaguna kembang, diselingi dengan senyum dan canda khasnya yang ramah.
Pada 18 september 2024, Suratno menghadap sang Khalik dalam keadaan terbaik seusai bermain bulu tangkis, saat tengah beristirahat menunggu sholat ashar, sambil berdzikir. beliau berpulang dalam keadaan suci dan tenang, sebagaimana beliau menjalani hidupnya; penuh ibadah, pengabdian, dan cinta pada sesama.
Suratno telah pergi, namun teladan hidupnya akan terus abadi dalam hati orang-orang yang mengenalnya. Beliau meninggalkan warisan nilai, bukan materi namun tentang keikhlasan dalam memberi, ketulusan dalam mendidik, dan kesungguhan dalam menjadi manusia yang bermanfaat.
Milkaruma Maulida, Mahasiswa Prodi Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Komunikasi dan Desain Unisnu Jepara