
HALAQOH – Semangat Tafaquh Fiddin, Sa’dullah Assa’idi sampaikan pentingnya pendidikan berbasis pesantren dalam rangka memperingati haul ke-76 KH. Abu Syuja’ dan Harlah ke-91 Masalikil Huda Tahunan. (Foto: Hanif/Gistara)
JEPARA | GISTARA.com – Dalam rangka memperingati haul ke-76 dan semangat tafaquh fiddin KH. Abu Syuja’ dan Harlah ke-91 Masalikil Huda Tahunan Jepara, sekolah itu menyelenggarakan halaqoh Sabtu (8/10/2022).
Kegiatan ini menghadirkan Dr. KH. A. Ghofur Maemoen, MA dan Dr. H. Sa’dullah Assa’idi. Tema yang diangkat penguatan nilai-nilai pesantren dari dalam proses belajar.
Ketua Panitia acara itu Muhadi juga selaku Petinggi/Kepala Desa Tahunan sangat berterima kasih kepada zurriyah KH. Abu Syuja’ yang telah menyelenggarakan acara ini. Sehingga nilai kejuangan KH Abu Syuja’ dalam dunia pendidikan menjadi motivasi bersama. “Momentum penting acara haul ini sebagai wujud kehormatan kita kepada beliau. Salah satu kiprahnya yaitu telah membangun dan mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan berbasis pesantren,” ungkap Muhadi.
“Kita semua diajak mengingat perjalanan perjuangan dan keteladan KH. Abu syuja yang kini kita bisa lihat dan rasakan hasilnya dari peninggalan beliau yakni Madrasah Masalikil Huda. Madrasah ini juga tidak terlepas dari sumbangsih warga yang begitu semangat dari awal berdiri sampai sekarang,” kata Imam Sofyan selaku Ketua Pembina YPI.
BACA JUGA: Ini Dia Lembaga yang Dapat Reward Ketaatan Wajib Pajak PBB-P2 Tahun 2022
Menuntut ilmu dan mengembangkannya memerlukan semangat yang besar. Hal itu juga dialami KH. Mukari selaku alumni. Ia mengaku menempuh pendidikan selama di Masalikil Huda dengan berjalan kaki dari rumahnya Kosari Ngabul, Tahunan, setiap hari. Sedangkan jarak tempuh Ngabul sampai Tahunan sekitar 10 Km. Walaupun begitu semangat dirinya sekarang ini memiliki ilmu yang menjadi bekal untuk dikembangkan dan diamalkan di tengah-tengah masyarakat.
Abdul Ghofur Maimoen menyampaikan madrasah sudah 91 tahun sudah melahirkan tokoh besar seperti KH Mukari sekolah dengan berjalan kaki. Pesan yang disampaikan tokoh-tokoh besar ini adalah semangatnya. “Perjalanan 10 Km kalau tidak karena semangatnya itu tidak mungkin,” ungkapnya.
Sehingga semangat tafaqquh fiddin tidak boleh dilalaikan. Apalagi dalam berbagai aktivitas lainnya. “Kesibukan kita dalam jihad siyasi (politik) tidak boleh melunturkan semangat tafaqquh fiddin. Kesibukan kaum ibu dalam jihad ‘aili (berjuang dalam mengurus rumah tangga) tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak memperdalam pengetahuan tentang agama. Kesibukan mencari nafkah juga tidak boleh membuat seorang mukmin tidak pernah mengalokasikan waktu guna mencari ilmu. Walhasil, tafaqquh fiddin tidak dibatasi oleh usia, waktu, tempat, situasi dan kondisi.” Imbuh Abdul Ghofur. (Hanif/Gistara)