UNGARAN | GISTARA.com – Ruas Jalan Arjuna yang terletak di Dusun Bandungan, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang kini terputus total. Akses penghubung Ungaran Timur dengan Mranggen, Kabupaten Demak itu longsor akibat pergerakan tanah yang masih terjadi hingga kini.
Dari pantauan di lapangan, satu lajur jalan yang sebelumnya masih tersisa, kini sudah terputus dan ambles sedalam hampir 2 meter. Sehingga praktis tidak dapat dilalui oleh kendaraan apapun termasuk pejalan kaki.
“Hasil kajian dari tim geologi Undip Semarang, Jalan Arjuna harus dialihkan sebab sudah tidak layak dilalui,” ujar Kepala Desa Kalongan Yarmuji.
Dikatakan Yarmuji, terdapat sejumlah poin yang menjadikan ruas Jalan Arjuna tersebut memiliki risiko tinggi. Di antaranya potensi meluasnya bentangan longsoran, pergerakan tanah yang masih terus terjadi, hingga karakteristik longsoran yang masuk kategori sangat dalam.
“Bahkan potensi longsoran bisa mencapai radius 100 meter ke arah pemukiman warga,” terangnya.
Atas hal itu, solusi jangka pendek telah dilakukan. Yakni Pemdes Kalongan bekerjasama dengan Pemkab Semarang mengalihkan jalur melalui ruas Jalan Bima yang kini telah dilebarkan 4,5 meter dan ditingkatkan kelas jalannya.
“Sehingga kendaraan bisa melintas dengan aman dan nyaman,” bebernya.
BACA JUGA: Heroik! Penyelamatan Pelajar SMP Terjebak Air Bah Selama 3,5 Jam
Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan, terutama kepada warga yang lokasi huniannya dekat dengan lokasi longsor.
“Untuk warga yang terdampak memang belum ada laporan. Tapi tetap kami ingatkan untuk berwaspada, jangan lengah terutama saat hujan turun,” tandasnya.
Sementara dikutip dari laporan kajian gerakan tanah yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Teknik Geologi Undip Semarang, gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal lereng dan faktor eksternal yang dapat menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah.
Berdasarkan peta kerawanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya, daerah bencana yang dikaji termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Zona ini sering terjadi gerakan tanah yang diakibatkan oleh pemicu seperti curah hujan yang tinggi serta erosi yang kuat. Zona ini juga memiliki kemiringan lereng yang terjal yakni 30-70% yang mendorong terjadinya gerakan tanah di zona tersebut. (Arief/Gistara)