UNGARAN | GISTARA.com – Kajian yang telah dilakukan oleh Departemen Teknik Geologi Undip Semarang atas bencana tanah longsor yang terjadi di ruas Jalan Arjuna Dusun Bandungan, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang menerangkan bahwa pergerakan tanah tersebut masih akan terus terjadi. Bahkan, diprediksi longsor akan merembet dengan radius 100 meter menuju permukiman warga. Atas hasil kajian itu, muncul wacana untuk dilakukan relokasi bagi warga yang berlokasi tak jauh dari titik longsor.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang Mediarso Tri Soelistyo mengungkapkan wacana relokasi tersebut masih dalam tahap kajian yang mendalam. Jika memang memungkinkan, maka rencana itu akan dilaksanakan.
“Tujuannya tentu untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. Akan tetapi, relokasi perlu pembahasan dan kajian yang mendalam, tidak bisa serta merta dilakukan,” ungkapnya di Ungaran, Kamis (26/1/2023).
Diakui Mediarso, beberapa korban justru jatuh bukan pada saat bencana terjadi, melainkan pasca bencana. Ia mencontohkan terdapat beberapa kasus jatuhnya korban akibat konflik sosial saat direlokasi. Hal itu dipicu beberapa faktor, di antaranya kurangnya koordinasi sesama pemangku kebijakan yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan penyintas bencana.
“Bencana itu ada tiga, yakni bencana alam, non alam dan sosial. Di beberapa kasus, setelah warga direlokasi mereka masih kembali ke lokasi asalnya oleh sebab tidak terpenuhinya kebutuhan. Maka dari itu, kita atur regulasinya supaya tidak terjadi demikian jika memang relokasi jadi dilakukan,” terangnya.
BACA JUGA: Hasil Kajian Tim Geologi Undip, Longsor Desa Kalongan Berpotensi Meluas
Ditambahkan Mediarso, diperlukan komitmen bersama yang sifatnya mengikat bagi warga yang dalam hal ini warga Desa Kalongan yang berpotensi terdampak bencana longsor. Itu untuk menjamin konsistensi dan kepatuhan warga untuk tidak kembali lagi ke lokasi asal demi keselamatan.
“Perlu hitam di atas putih, semacam dokumen perjanjian. Misal sudah direlokasi ya sudah, ayo menatap yang baru, jangan kembali lagi ke lokasi asal. Sehingga ini perlu disiapkan secara matang dan berjenjang dengan melibatkan berbagai pihak,” sambungnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, fenomena tanah longsor tersebut masuk kategori ‘very deep’ atau sangat dalam. Sehingga menjadikan ruas Jalan Arjuna memiliki risiko tinggi untuk dilalui. Dari kajian itu keluar rekomendasi bahwa jalan harus dialihkan sebab longsor masih terus terjadi.
Sementara dikutip dari laporan kajian gerakan tanah yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Teknik Geologi Undip Semarang, gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal lereng dan faktor eksternal yang dapat menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah.
Berdasarkan peta kerawanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya, daerah bencana yang dikaji termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Zona ini sering terjadi gerakan tanah yang diakibatkan oleh pemicu seperti curah hujan yang tinggi serta erosi yang kuat. Zona ini juga memiliki kemiringan lereng yang terjal yakni 30-70% yang mendorong terjadinya gerakan tanah. (Arief/ Gistara)