JEPARA | GISTARA.COM – Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jepara, Nuruddin Amin atau akrab disebut Gus Nung menyampaikan rekam jejaknya. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jepara itu dimulai dari seorang aktivis.
Berawal menapaki organisasi sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Adab di Institut Agama Islam Indonesia (IAIN – sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di sana, kata dia, awal berproses mengasah nalar aktivisnya.
Tepatnya di tahun 1986, Gus Nung resmi mengikuti kaderisasi formal PMII -Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba). Latihan Kader Lanjut (LKD – sekarang PKD) dilaluinya di tahun 1987, sampai memasuki jenjang Pengurus Cabang (PC) PMII Yogyakarta.
Di sana, Gus Nung menjabat sebagai Anggota Penelitian dan Pengembangan (Litbang) di masa kepemimpinan Muhaimin Iskandar (Cak Imin – periode 1994 – 1997). Karena berproses di masa Orde Baru (Orba), pergulatan ihwal intelektual dan politik menjelma makanan sehari-hari.
BACA JUGA : Bunda Hindun : Pekerja Perempuan Wajib Ketahui Regulasi Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Seksual
Gus Nung mengalami berbagai masa ketika PMII tengah berjibaku terkait perumusan Nilai Dasar Pergerakan (NDP) dan sikap PMII dengan Nahdlatul Ulama (NU). Berkat rumusan baru di tahun 1988, pada Kongres X PMII di Pondok Gede Jakarta (27/10/1991) PMII menyatakan sikap interdependensi dengan NU.
“Dinamika pemikiran paling tinggi waktu itu di Yogyakarta, sehingga jadi kiblat pemikiran PMII. Perbincangan interdependensi kemudian penyusunan NDP terdapat di periode saya ber-PMII,” papar Gus Nung kepada Gistara, Senin (18/12/23).
Jurnalistik
Seiring dengan bakat minat, Gus Nung memutuskan terjun di dunia jurnalistik. Bahkan sebelum memasuki kepengurusan PC PMII Yogyakarta di sektor Litbang, ia sudah menggeluti sebagai wartawan di Berita Nasional (Harian Bernas : Pers Daerah di Yogyakarta).
PMII yang saat itu berada di barisan kritis, pihaknya mensupport melalui goresan tintanya. Aksara demi aksara dituangkan memekikkan perjuangan PMII atas penindasan Orba. Salah satu gerakan Gus Nung, yakni dengan mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta.
Organisasi yang didirikan setelah pemberedelan Detik, Tempo, dan Editor (21/6/1994), dimaksudkan sebagai organisasi alternatif di luar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), yang saat di bawah naungan kepentingan Soeharto dan tidak betul-betul memperjuangkan kepentingan jurnalis.
Selama di Harian Bernas (1989 – 1994), sebagai salah satu jurnalis didikan Kompas Media dan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Pers Yogyakarta (LP3Y), Gus Nung ditempa oleh wartawan senior, Ashadi Siregar untuk menjadi wartawan yang jujur dan ‘jual mahal’.
BACA JUGA : Ciptakan Lingkungan Demokratis, Sinergikan Kader dan Alumni
“Saya masih ingat bagaimana pemerintah membredel para jurnalis. Sehingga muncul ide untuk mendirikan AJI di Yogyakarta. Waktu itu menjadi presidium pertama,” ujarnya.
Terjun Politik Praktis
Kehidupannya sewaktu berkiprah di dunia jurnalistik menjadi bekal memasuki dimensi politik praktis. Liputan soal dinamika politik, menggembleng pandangannya terhadap politik. Hingga pada 23 Juli 1998, ia bergerak sebagai koordinator deklarasi berdirinya PKB di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Memasuki paruh kedua (2003 – 2008) kepengurusan PKB, Gus Nung menjabat sebagai Sekretaris Dewan Syuro Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKB DIY. Namun, belum rampung masa jabatan, ia diminta pulang oleh orang tuanya dan menetap di Jepara.
Bersama sang istri, Hindun Anisah (Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PKB) yang juga putri Kyai Krapyak Yogyakarta boyong ke Kota Ukir, Gus Nung menjadi pengasuh di Pondok Pesantren (Ponpes) Hasyim Asy’ari, Kecamatan Bangsri.
Sebagai kader NU tulen dan sekaligus putra dari Kyai Kharismatik Jepara KH. Amin Soleh, pada tahun 2005 Gus Nung dipercaya sebagai Ketua Tanfdiziyah PCNU Kabupaten Jepara selama dua periode kepengurusan (2005 – 2015).
“Selanjutnya, babak Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2018, alhamdulillah terpilih sebagai Wakil Ketua DPRD Jepara, yang saat itu juga menjabat Ketua DPC PKB Jepara,” pungkasnya.
(Okom/KA)