Latsar ASN di lingkungan RRI
SEMARANG | GISTARA. COM — Nilai dasar ASN BerAKHLAK kembali ditegaskan dalam ruang pembelajaran aparatur negara. Dalam kegiatan Pelatihan Dasar (Latsar) bagi sepuluh ASN di lingkungan Radio Republik Indonesia (RRI), Rabu (15/10/2025), Dr. Muh Khamdan, widyaiswara Balai Diklat Hukum Jawa Tengah, Kementerian Hukum, menekankan pentingnya mewujudkan pelayanan publik yang berorientasi pada kepedulian dan kemanusiaan.
Menurut Khamdan, nilai “Berorientasi Pelayanan” bukan sekadar jargon birokrasi, tetapi wujud nyata dari keberadaban ASN dalam melayani masyarakat tanpa membeda-bedakan.
Pelayanan publik, katanya, harus menjiwai semangat GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion) yang memastikan setiap warga negara mendapatkan hak layanan yang setara.
BACA JUGA: Jepara Gandeng UGM, Tata Kawasan Wisata Pesisir dengan Sentuhan Sains
“ASN adalah wajah negara. Maka setiap pelayanan yang kita berikan mencerminkan bagaimana negara hadir di hati rakyatnya,” ujarnya di hadapan para peserta.
Khamdan menambahkan, ASN perlu menjadikan pelayanan sebagai ladang ibadah, sebab nilai manfaat yang dirasakan masyarakat adalah ukuran tertinggi keberhasilan aparatur sipil negara.
Nilai-nilai itu mendapat tanggapan mendalam dari peserta Latsar. Wivia Tiara Putri, ASN asal Padang yang kini bertugas di RRI Nabire, mengaku tersentuh dengan pesan tersebut. Ia merasakan sendiri tantangan melayani masyarakat yang memiliki karakter sosial dan budaya berbeda dari daerah asalnya.
“Awalnya saya sempat kaget dengan kondisi masyarakat di Nabire, tapi kemudian saya belajar bahwa setiap perbedaan adalah peluang untuk memahami manusia lebih dalam,” kata Wivia.
Ia berkomitmen menjadikan pelayanan sebagai wujud kasih dan empati lintas batas geografis dan budaya.
BACA JUGA: PLN UIK Tanjung Jati B melalui YBM Salurkan Santunan untuk Guru Ngaji di Desa Petekeyan
Senada dengan itu, Taufik Abdillah, ASN yang ditempatkan di RRI Pekanbaru, menilai pelayanan terbaik adalah ibadah yang memberi manfaat bagi sesama. Ia mengutip pesan moral klasik: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
“ASN harus hadir bukan hanya sebagai pelaksana tugas, tapi juga pembawa nilai kemanusiaan. Melayani masyarakat dengan tulus adalah ibadah yang paling nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Yusuf Bagus Prasetyo, ASN muda di RRI Pusat bagian pemberitaan, menyoroti pentingnya peran media dalam memastikan inklusivitas pelayanan publik. Menurutnya, kelompok disabilitas masih sering terpinggirkan dalam akses informasi, termasuk di media siaran.
“Radio bisa menjadi ruang inklusif jika berani melakukan afirmasi. Misalnya, dengan menyediakan format siaran yang ramah disabilitas atau memperluas akses berita melalui platform yang adaptif,” kata Yusuf.
Ia berharap RRI menjadi pionir dalam menegakkan prinsip kesetaraan akses di dunia penyiaran nasional.
BACA JUGA: Polres Jepara Ajak Anak-Anak Jadi Pelopor Tertib Lalu Lintas
Khamdan menanggapi pandangan tersebut dengan apresiasi. Ia menilai kesadaran ASN muda seperti Yusuf menunjukkan bahwa nilai BerAKHLAK telah hidup dalam diri generasi baru birokrasi.
“Ketika ASN mulai berpikir tentang afirmasi dan keberpihakan, itu tanda bahwa birokrasi kita sedang naik kelas, dari sekadar melayani, menjadi memanusiakan,” ujarnya.
Dalam penutup sesi, Khamdan menegaskan bahwa kesadaran afirmatif dalam pelayanan publik bukan hanya bagian dari etika profesi, tetapi juga cermin keberadaban bangsa.
Pelayanan tanpa diskriminasi adalah bentuk penghormatan terhadap hak asasi manusia yang melekat pada setiap warga negara.(KA)