
ILUSTRASI – Pertemuan 2 (Dia lagi) – Sketsa Pasaraya Blok M Jakarta
Oleh: Vio
“SUDAH SAMPAI, MBAK.” Seru seorang supir taksi kepada penumpangnya .
Terlihat seorang gadis yang tengah menunduk sambil memainkan handphonenya mengangkat kepalanya melihat ke arah depan. Ia melihat sebuah rumah berlantai dua yang terlihat mewah dengan pagar yang menjulang tinggi.
“Apa benar ini alamat yang saya berikan tadi, Pak? ” Tanya gadis itu tak yakin bahwa rumah itu adalah milik sahabatnya.
“Iya, Mbak .benar.”
Gadis itu memasukkan handphonenya ke dalam tas, lalu mengambil sejumlah uang untuk membayar ongkos taksi. “Ya sudah, Pak. Makasih, ini uangnya.”
Setelah keluar dari taksi, gadis itu berjalan menuju pagar rumah mewah tersebut. Dengan ragu ia menekan bel yang berada di sebelah kiri pagar tersebut.
Pintu rumah mewah itu terbuka. Memperlihatkan seorang remaja laki-laki berusia sekitar 13-an tahun . Ia berjalan menuju pagar,lalu membukanya.
“Maaf, siapa ya?” tanya remaja itu kepada seorang perempuan yang mengenakan jilbab biru tengah membelakanginya.
“Masyaallah, Teh Yanti.” Serunya saat perempuan itu berbalik .
Perempuan itu tersenyum. “Mas Satrio, ya?”
“Iya,Teh.” Jawab Satrio. “Oh , iya. Teh, masuk yuk!” Ajak remaja itu kepada sahabat ibunya itu.
“Bunda mana, Mas?” tanyanya sambil mengikuti langkah Satrio memasuki rumah sahabatnya itu.
“Bunda belum pulang, teh.” Jawab Satrio setelah sampai di ruang tamu. “Silahkan duduk,Teh!”.
BACA JUGA: Pertemuan (Vio)
Perempuan itu duduk di salah satu sofa panjang dan meletakkan tas yang ia tenteng di samping. Ia menatap penuh kagum dekorasi ulang tahun dengan tulisan ‘Barakallah fii umrik, Bunda‘ dan dihiasi dengan beberapa macam bunga mawar.
“Mau buat kejutan untuk Bunda ya, Mas?” tanya Yanti saat melihat perempuan paruh baya yang menggunakan pakaian pelayan meletakkan sebuah kue tart coklat dengan lilin di atas meja bundar.
“Iya,Teh” jawabannya,lalu berjalan menuju meja panjang yang ada di sana dan kembali membawa nampan yang berisi dua gelas minuman serta beberapa toples makanan ringan, kemudian meletakkannya di atas meja yang berada di depan Yanti.
“Oleh sebab itu, Io minta Teteh datang ke sini . Diminum,Teh !”
“Iya,Mas” ia meminum minuman yang ada di depannya dengan tenang.
“Gimana tadi di perjalanan,lancar kan , Teh ?”
“Tadi sih ada kecelakaan kecil, Mas. Teteh hampir ditabrak mobil yang dikendarai oleh seorang seperti orang India gitu. Tapi dia bisa bahasa Indonesia.”
“Tapi Teteh, gak papa kan ?” Tanya Satrio
“Kan gak ketabrak, Mas. Jadi baik baik saja” jawab Yanti santai. Satrio menghembuskan nafas lega, namun detik berikutnya ia mendadak panik saat mendengar pagar rumahnya terbuka
“Teh, sepertinya itu Bunda deh, sebaiknya teteh sembunyi dulu, ya !” perintah Satrio yang terlihat gusar.
“Tapi, di mana ?” tanya Yanti ikuti panik.
Satrio menatap sekitar “Di sana, Teh. Di belakang meja panjang itu.”
Yanti mengikuti arahan Satrio, ia berjalan ke arah meja panjang yang tidak jauh dari meja bundar yang di atasnya ada kue tart.
“Huff..” satrio menghela nafas lega saat melihat orang tua dan adik bungsunya masuk setelah sahabat ibunya itu berhasil bersembunyi.
“Barakallah fii umrik, Bunda sayang” serunya sambil membawa kue tart coklat dengan lilin yang menyala itu kehadapan sang ibu .
“Masyaallah, makasih. Mas” wanita berusia 40 tahun itu tersenyum bahagia melihat apa yang telah di siapkan oleh anaknya itu.
“Jangan berterima kasih dulu, Bunda. Sebelum tiup lilin, Io masih punya kejutan untuk Bunda. Teh!” Panggil Satrio pada seseorang sambil menoleh ke samping kiri.
Muncul seorang gadis dari balik meja panjang “Barakallah fii umrik, Bunda Rahma saying,” serunya sambil berjalan kearah keluarga tersebut.
Perempuan yang dipanggil Bunda Rahma itu menutup mulutnya tak percaya. Begitu melihat sahabatnya yang sudah lama ingin ia temui.
“Masyaallah, ini beneran Nenk?” tanya Rahma masih tak percaya melihat sang sahabat ada di depannya.
“Iya, Bunda. Ini Nenk” Yanti menyakinkan sang sahabat.
Rahma langsung memeluk sang sahabat dengan erat. “Masyaallah makasih ya, Nenk ”
“Kembali kasih, Bunda saying.” Yanti membalas pelukan itu tak kalah erat. Setelah itu mereka melepaskan pelukannya.
“Sebaiknya sekarang ini kita tiup lilinnya dan, Bunda !” perintah Arifin,suami dari Rahmawati. Ia merangkul bahu sang istri. “Baca doa dulu, Bunda.”
“Iya,Yah.” Rahma mulai memejamkan matanya dan membaca doa, saat ia menarik nafas panjang, untuk meniup lilin. Ia berhenti karena mendengar seseorang dari arah belakang.
“Tunggu! Apa Bunda akan meniup lilin itu tanpa Abang,”tanya seorang pria tampan berusia sekitar 23 tahun itu sambil berjalan membawa beberapa paper bag di tangan kanannya dan sebuah koper besar di tangan kirinya menuju hadapan sang ibu.
“Barakallah fii umrik, Bunda saying.” Serunya sambil memeluk sang ibu, setelah ia meletakkan barang-barang yang ia bawa di lantai
“Abang, Bunda kangen.” Rahma memeluk sang anak sulungnya tak kalah erat.
“Ekhem” dehem Panji anak bungsu dari Rahma yang berusia sekitar 8 tahun itu cemburu.
“Bang Aryaan, kenapa baru pulang?, Ka kan Panji jadi kangen.” Semua orang terkekeh geli mendengar pernyataan si bungsu, termasuk gadis yang ada di tengah keluarga tersebut.
“Tapi Abang enggak tuh” jawaban Aryaan membuat Panji langsung berkaca-kaca .”Abang bercanda, Panji.” Aryaan langsung menggendong si bungsu, membuat Panji tersenyum .
“Sekarang bunda boleh tiup lilinnya kan,Bang?” Tanya Rahma setelah keluarganya melepas rindu dengan si sulung.
“Iya, Bunda sayang.” Setelah mendengar jawaban dari Aryaan. Rahma mulai meniup lilin-lilin yang sulit padam itu, sedangkan Aryaan melirik seorang gadis yang ia tahu sebagai sahabat ibunya itu dari Satrio, gadis itu seperti tidak asing baginya .
“Ya, bukanlah gadis itu yang hampir aku tabrak tadi” batinnya terus melirik gadis itu. Tanpa sengaja gadis itu menoleh, membuat mereka saling menatap satu sama lain dalam beberapa detik, hingga Yanti mengalihkan tatapannya terlebih dahulu.
“Itu kan pria yang hampir menabrak aku tadi.” Ucapnya dalam hati.
“Mas, dia siapa?”bisik Yanti pada Satrio yang berada di sampingnya.
“Oh, itu bang Aryaan,Teh. Kenapa?”
“Dia orang yang hampir nabrak Teteh tadi.” bisiknya lagi.
“Apa?” Teriak Satrio saking terkejutnya, yang membuat semua orang menoleh padanya.
“Ada apa sih,Mas kok teriak teriak?” Tanya Rahma begitu mendengar teriakkan sang anak.
“Itu loh, Bunda. Abang tadi hampir nabrak Teteh.”
“Benar begitu,bang?” Rahma melayangkan tatapan tajam kearah sang anak sulungnya itu.
“Iya, Bunda. Maaf.” dengan tulus ia minta maaf kepada sang Bunda .
“Jangan minta maaf sama Bunda, minta maaflah sama Nenk, eh ehh ,jangan panggil Nenk, panggil aja ‘adek’ soalnya umur Nenk 6 tahun lebih muda dari Abang.”
“Iya, Bunda ” lalu Aryaan mendekati Yanti “maafkan saya ya,Dek!” Mohon Aryaan tulus.
“Kakak kan udah minta maaf tadi, dan saya juga sudah memaafkan Kakak” ucapnya seraya tersenyum tulus yang membuat hati Aryaan berdetak lebih kencang dari biasanya saat melihat senyum dari sahabat ibunya itu.
“Apa yang terjadi pada hamba, Astaghfirullah ” batinnya mencoba menetralkan detak jantungnya denga mengalihkan tatapannya ke arah lain. “Terima kasih telah memaafkan saya”
“Sama-sama,kak”
Bersambung…