TEMANGGUNG | GISTARA.com – Semarak HUT ke-188 Kabupaten Temanggung sudah mulai digelar. Salahsatunya yaitu Festival Lembutan Bansari ke-3 selama tiga hari. Festival Lembutan Bansari Hadirkan Sujiwo Tejo, di hari keduanya dilaksanakan Sarasehan 1001 Rupo 1001 Roso bersama para tokoh budayawan di Lapangan Siti Aji Desa/Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Sabtu (29/10/2022) malam.
Sarasehan dengan tema “Cerita, Rasa dan Dilema” tersebut dipelopori oleh para pelaku tembakau di wilayah Bansari. Didukung oleh 13 pemerintah desa di Kecamatan Bansari, Camat Bansari, dan Pemerintah Kabupaten Temanggung.
Sarasehan menghadirkan para tokoh budayawan. Salah satunya Sujiwo Tejo atau yang akrab disapa Mbah Tejo, bersama sejumlah tokoh dari Temanggung antara lain Kang Ceper dan Mbah Topo. Serta dari Pemkab Temanggung yang diwakili oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto.
Kang Ceper, selaku tokoh pertembakauan di Kabupaten Temanggung menyampaikan, tentang seluk beluk bertembakauan yang dialami para petani.
Disampaikannya, sampai dengan era 70-an, di Temanggung tembakau merupakan emas hijau dan merupakan primadona masyarakat petani tembakau. ”Lebih khusus di wilayah Gunung Sindoro, Sumbing dan Prau. Tembakau merupakan suatu warisan leluhur yang merupakan budaya adiluhur, yang dari era ke era, masa ke masa masih tetap eksis untuk dikelola ataupun dibudayakan,” jelasnya.
BACA JUGA: Kirab Budaya HUT Ke-188 Temanggung, Bukti di Liyangan Punya Sejarah Peradaban
Akan tetapi, tembakau Temanggung dengan tata niaga yang ada saat ini, terlebih tembakau yang disuplai ke pabrikan dirasa tidak menguntungkan bagi petani.
Petani merasakan biaya operasional ataupun biaya mengolah tembakau dari mengolah lahan, menanam, memelihara sampai dengan pasca panen biayanya sangatlah besar.
Harga-harga pupuknya juga mahal, tetapi harga penjualan tembakau tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
“Inilah dilema kita semua. Bahwasanya dari masa ke masa tembakau yang sudah merupakan budaya leluhur kita yang pantas kita uri-uri ternyata sampai dengan beberapa tahun ini, petani tidak dapat merasakan manisnya tembakau,” sambungnya.
Oleh karena itu, diadakannya Festival Lembutan dengan harapan mensejahterakan petani lewat alternatif merajang tembakau lembutan. Sehingga petani lebih berdaya, punya kedaulatan, dan punya harga tawar.
Pada kesempatan tersebut, Kepala DKPPP Kabupaten Temanggung menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Temanggung, khususnya Bansari yang masih tetap setia dengan tanaman tembakau, yang sudah menjadi salah satu ikon dari Temanggung.
“Untuk itu pemerintah tetap support dengan segala kewenangan yang kami mampu, yang kami bisa,” tandasnya. (Chin/Gistara)