TEMANGGUNG | GISTARA.com – Selain kawasan alam pengunungan, Temanggung juga memiliki situs purbakala berupa situs Candi Liyangan. Dalam rangka melestarikan warisan budaya, Pemkab Temanggung mengadakan Kirab Budaya HUT Ke-188 Temanggung disebut Kirab Budaya Merti Tirta Amertha Bhumi di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo Minggu (30/10/2022. Acara itu bagian rangakaian HUT ke-188 Kabupaten Temanggung.
Kegiatan itu dilakukan setiap tahun untuk meneladani dan melestarikan ajaran-ajaran, serta nilai-nilai peninggalan sejarah peradaban Liyangan. Peradaban ini dikenal dengan peradaban yang paling tua di seluruh bumi nusantara, karena di Liyangan ini ditemukan peradaban sejak tahun 200-1200 Masehi.
Kegiatan yang diawali dengan ritual pengambilan air suci ini berlangsung dengan sangat khidmat. Melibatkan masyarakat adat di sekitar Situs Liyangan dan Lereng Gunung Sindoro. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan berebut gunungan yang tersusun dari hasil bumi.
BACA JUGA: Inilah Filosofi Logo HUT ke-188 Kabupaten Temanggung
Salah satu peserta yang ikut berebut gunungan, Nuarni dari Desa Purbosari menyampaikan, bahwa dengan berebut gunungan akan mendatangkan berkah tersendiri.
“Kalau memperoleh hasil gunungan yang telah didoakan ini akan mendatangkan rezeki. Saya dapat potongan ayam dan bunga, kalau potongan ayam semoga mendapat rejeki dan berkah, kalau bunga ini agar enteng jodohnya, yang belum nikah akan dapat jodoh,” tuturnya.
Hadir juga pada kesempatan tersebut Bupati Temanggung H Muhammad Al Khadziq. Ia menyampaikan, bahwa kegiatan ini merupakan wujud syukur masyarakat Liyangan yang setiap tahun rutin dilaksanakan. Festival Budaya Liyangan, salah satunya merupakan kegiatan untuk mengingat dan mentauladani hal-hal yang menjadi peninggalan nenek moyang.
“Festifal Budaya Liyangan setiap tahun tambah maju. Tambah meriah dan tambah berkualitas. Kualitas penyelenggaran kegiatan, kualitas ritual yang tambah hikmat, pengunjung yang tambah banyak. Pengunjungnya bukan hanya dari Temanggung, tetapi dari luar Kabupaten Temanggung. Memang benar, Liyangan ini pusat peradaban manusia yang paling tua di pulau Jawa. Masyarakat Liyangan dapat menguri-uri budaya peninggalan leluhur, bukan hanya candi, tetapi juga budi pekerti, amal dan lain sebagainya,” tuturnya.
BACA JUGA: Pusaka Lar Bangau, Salah Satu Koleksi Panji Pandhanaran Berumur Ribuan Tahun
Bupati berharap, Festival Liyangan ini dapat menjadi panduan bagi anak cucu dalam menghadapi masa depan. Dengan berdasar pada kearifan lokal dan nilai-nilai budaya nenek monyang dalam menghadapi masa depan yang lebih berkarakter dan lebih kuat lagi, karena semua nilai-nilai adat, nilai-nilai budaya ditampilkan dalam festival budaya ini sebagai pedoman bagi generasi selanjutnnya.
Dengan peninggalan tersebut, Pemkab Temanggung beserta masyarakat merayakannya dengan mengadakan Festival Budaya Liyangan. Sehingga setiap tahun terus berkembang dan menjadi festival yang berkelas nasional.
“Semoga dengan adanya Festival Budaya Liyangan, kita semua dapat melestarikan apa yang menjadi ajaran dan peninggalan nenek moyang. Semoga festival ini dapat mendatangkan berkah manfaat kepada seluruh masyarakat, khususnya para pelaku ekonomi kecil, mikro dan menengah dan masyarakat pada umumnya,” tandasnya. (Chin/Gistara)