JEPARA | GISTARA.com – Mendengar kata pesantren tak luput dari kegiatan mengaji, namun bisa kita bayangkan jika kebanyakan santrinya adalah tuli. Sehingga butuh metode khusus dalam melakukan pengajaran.
Hal itu seperti yang terdapati di pesantren Tuli Irhamnyy Robby Ngabul Jepara. Pesantren khusus tuli tersebut mengajarkan nilai-nilai keagamaan berupa Fiqh, Akhlak hingga menghafal Al Qur’an.
Ponpes yang baru berdiri Desember 2022 lalu memiliki enam santri. Semua santrinya perempuan.
Lantas bagaimana para Asatid dalam memberikan pengajaran? Terdapat enam asatid terdiri 4 laki laki dan 2 perempuan. Mereka memiliki tugasnya masing-masing. Ada yang bertugas sebagai imam sholat, mengajar ngaji sore, malam dan subuhnya menghafal Al Qur’an. Ada juga yang tugasnya mengkoordinir santri selama aktivitas di pondok.
Karena santri ini berbeda dengan santri pada umumnya, Selama hafalan asatid menargetkan satu hari satu ayat. Setiap satu ayat itu asatid menuliskan surah-surah dipapan tulis dengan bahasa Indonesia. Kemudian santri dicoba membaca dan dihafalakan. Kemudian esok harinya setor hafalan hingga hafal seluruhnya. Meskipun tidak menargetkan hafalan. Namun itu dilakukan rutin dan berulang-ulang.
Meskipun kebanyakan santri masih belum bisa membaca tulisan arab. Keenam santri itu secara bertahap telah dikenalkan dengan huruf hijaiyah dengan harokatnya. Metode yanbuah menjadi pilihan dalam memahami huruf arab.
BACA JUGA: Sambangi 41 Hari, Santriwati Tahfidz Tuli Irhamny Robby Setorkan Hafalan
Cara baca hingga pelafalan pun menjadi pertimbangan asatid mengasah satu persatu santri. Sehingga lama kelamaan akan muncul lafald yang jelas.
Hingga Selasa, (11/4/2023) bertepatan bulan ramadan santri sudah menghafal ayat ke 11 surah Yasiin. Tak hanya itu mereka juga dapat menghafal surah Alfatihah dan dzikir lainnya meskipun dengan suara yang kurang jelas.
Namun dengan komitmen dan kesungguhan para asatid dalam mengajar semoga dapat memberikan keberkahan bagi diri dan santri santrinya.
Selaku pengajar Safi’il Anam mengatakan, asatid berharap setiap santri dapat konsisten dengan penuh keikhlasan dalam menghafal kalam ilahi dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain memiliki kompetensi dibidang keagamamaan, keenamnnya (Asatid) tentunya dapat berkomunikasi dengan bahasa isyarat. (Husni/Gistara)