JEPARA | GISTARA.COM – Bagi masyarakat Jepara tentu tidak asing dengan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Jepara, Muhammad Latifun. Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jepara ini, memiliki hobi berpuasa.
Berdasarkan keterangannya, Latifun (sapaan akrabnya) telah berpuasa semenjak duduk di bangku perkuliahan, sekira pertengahan semester satu. Waktu itu masih Akademi Teknologi Industri Kayu (ATIKA) di Tahun 1998/1999.
Masuk di beranda ATIKA, Latifun mengenal Nur Hidayat yang kini menjadi Ketua Komisi C DPRD Jepara dari Fraksi NasDem. Ia diajak Nur Hidayat untuk ikut dan masuk ke pintu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
“Jadi menarik, karena dalam pergerakan memereka banyak pengalaman sebagai bekal di masa depan. Mental dan pergerakan. Termasuk spiritual, dalam hal ini puasa,” papar Latifun, Rabu (24/5/23).
Pada Tahun 2000an, dinamika politik dan kebijakan sedang mengalami peralihan dari reformasi ke revolusi. Ditunjukkan dengan maraknya demo di Provinsi Jawa Tengah (Jateng), dan Kabupaten Jepara.
Sewaktu demo, Latifun dipasang di garis depan sambil membawa spanduk bernada kritik terhadap pemerintah. Bagi dia, aksi merupakan uji mental, karena tetap berpuasa meski longmarch ke sana kemari di bawah terik matahari.
“Dulu start dari Tugu Kartini, menuju Sekretariat Daerah (Setda), lalu ke Pengadilan Negeri (PN), trus berangkat ke Gedung DPRD menyuarakan kritik. Usai Demo, teman-teman makan, saya ndomblong dan tetap puasa. Sedikit kecewa, tapi inilah uji mental secara pribadi,” terang dia.
Begitu pula ketika aksi di Gedung DPRD Provinsi Jateng, kejadiannya sama dengan yang ada di Jepara. Latifun menyebut, itu aksinya yang terakhir. Ihwal aksi, menjadi pengalaman tersendiri.
“Jadi suasana panas dan saya tetap berpuasa sambil megang spanduk di depan. Tidak terlupakan, akan terus terukir di sanubari. Sebuah pengalaman dan menjadi langkah pergerakan waktu itu,” jelasnya.
Mental
Usai mendaftarkan diri di Organisasi Mahasiswa (Ormawa) PMII. Latifun menerima tempaan mental dari senior-seniornya, seperti Kusdiyanto (Ketua PC IKA PMII JEPARA), Ahmad Rifa’i dan Ali Hafidz. Bagi dia, mental adalah hal berharga dalam menapaki dunia setelah kelulusan.
Satu hal yang berharga dari berproses di PMII, bagi dia adalah mental dalam mengambil sikap. Analisa atas keadaan atau fenomena, sehingga memunculkan suatu sikap untuk bergerak. Mental ini, juga ia bawa sewaktu menjabat di keanggotaan DPRD Jepara.
“Ada beberapa kali wacana dan dinamika di DPRD yang sempat muncul. Contoh saja adanya hak angket. Kami secara pribadi bukan kelembagaan, tidak sepakat dengan beragam faktor. Sebab, antara manfaat dan madhorotnya, banyak madhorotnya,” jelas Latifun.
Kemudian, saat Pulau Karimunjawa sedang diterpa polemik. Tambak Udang di pulau terpencil itu menuai pro dan kontra. Ia menyatakan, dari 50 anggota dewan mungkin hanya dirinya yang berani statemen di media soal mendukung penutupan tambak udang.
“Yang lain sembunyi-sembunyi, tidak terbuka. Sempat khawatir karena berjuang sendiri, di sisi lain juga ada perdebatan luar biasa, namun rasa itu saya tepis,” ungkapnya.
“Mengambil jalan untuk pro atau kontra, bagian sebuah kiprah di DPRD Jepara. Banyak dinamika selama hampir 4 tahun, dan di masa periode ini dinamika penuh lika liku, periode lain tidak seramai periode tahun ini, kami rasakan pembelajaran yang kita dapatkan dan temui proses dinamika politik,” sambung dia.
Pesan
Sebagai warga Pergerakan, turut menyampaikan pesan kepada sahabat yang masih berproses di kampus. Menurutnya, PMII dapat dijadikan sebagai sarana menerpa diri dalam berorganisasi. Hanya saja, dunia akademiknya juga seimbang.
“Jangan ada yang dikalahkan. Saatnya kuliah ya kuliah. Organisasi ya organisasi. Tugas ya tugas. Harus konsen, jangan kemudian aktif di pergerkan tapi kuliah kocar-kacir,” tutur Latifun.
Bagi dia, apabila organisasi dan kuliah berjalan seimbang. Maka pengurus PMII yang struktural atau anggota, dapat dikatakan mampu dalam manajemen waktu. Hal ini sebagai pondasi, dan tolak ukur masa depan.
Kapan harus berhenti mengerjakan tugas, dan lanjut pergerakan atau sebaliknya. Di samping itu, kuliah menurutnya adalah tugas mahasiswa kelada orangtua. Sebagai bentuk penghormatan. Selain itu, kuliah juga sarana dalam menimba ilmu.
“Sehingga porsi ini tidak bisa didahulukan satu dengan lainnya, ini menjadi spirit tersendiri di masa yang akan datang,” pungkasnya.
Sebagai informasi, kini Latifun menjabat sebagai Kepala Bidang Ekonomi di Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Alumni (IKA) PMII Kabupaten Jepara. Anggota Komisi D DPRD Jepara. Dan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Jepara. (OKO/SOCHIB)