JEPARA | GISTARA.COM – Kemarau panjang akibatkan debit sungai Serang Wulan Drainase (SWD) II di Kabupaten Jepara kian menipis. Hal tersebut, ancam peternak tidak dapat mandikan hewannya di sungai.
Sungai yang berada di Desa Gerdu, Kecamatan Pecangaan, terpantau volume airnya semakin berkurang. Seiring dengan kemarau yang masih panjang, terpantau di titik terdalam hanya berkisar 2 Meter.
Padahal, bagi seorang peternak Kerbau, Arifin (42), SWD II menjadi andalan mencukupi kebutuhan hewan ternak. Mulai dari memandikan, makan dan juga minum. Namun, selama tiga bulan terakhir, volume air tidak mengalami perkembangan.
“Jika dirunut, kekeringan sudah terjadi sejak awal Agustus kemaren. Hari demi hari, air di sungai kian surut. Di beberapa titik, ditemukan ikan mati kekeringan,” papar Arifin kepada Gistara, Selasa (10/10/23) siang.
Namun, bencana kekeringan hari ini, kata dia, belum seberapa. Mending ketimbang dari tahun 2019, sampai membuat kelimpungan sejumlah peternak Desa Gerdu dan sekitarnya. Sebab, mesti menggunakan pompa air untuk mandikan kerbau.
BACA JUGA : Yuk, Intip Manfaat Minum Kopi Tanpa Gula !
Para peternak menyedot air dari sumur untuk dialirkan ke sungai SWD II yang sudah diberi bendungan kecil untuk menahan air. Setiap hari, kerbau akan dimandikan sebanyak tiga sampai empat kali.
Selain untuk mandi hewan, setali tiga uang guna minum hewan ternak. Setidaknya, satu drum besar sehari merupakan satu porsi minuman bagi kerbau-kerbau milik Arifin. Jadi menurutnya, lebih efektif di sungai ketimbang di peternakan.
Karena pompa air diperoleh dari menyewa, maka seluruh peternak dikenakan iuran sebesar Rp. 20 ribu untuk ambil air di sumur untuk dialirkan ke sungai. Sedikitnya, 70 peternak tergabung dalam sistem pemandian ini.
“Jaraknya lumayan, dari sumur ke sungai berkisar 100 meter. Agar sungai penuh dengan air, membutuhkan waktu 24 sampai 48 jam. Sumurnya pun sumur umum, jadi bebas dipakai peternak juga diperbolehkan,” ujar dia.
Sementara itu, informasi dari Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah atau Jateng, memprediksi bahwa bulan Oktober 2023 merupakan puncak dari kekeringan dan diperkirakan awal November berangsur mulai hujan.
(Okom/KA)