Oleh : M. Dalhar
Akhirnya Ratu Kalinyamat dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional. Tinggal menunggu waktu saja. Menjadikan seorang tokoh menjadi pahlawan tingkat nasional bukan perkara yang mudah. Hari ini Jepara sudah memiliki tiga Pahlawan Nasional: R.A. Kartini, dr. Cipto Mangunkusuomo, dan Ratu Kalinyamat.
Dalam satu kota memiliki tiga sekaligus bukan perkara yang mudah. Dalam sepak bola situasi ini disebut sebagai tribble winner. Selain karena peran di masa lampau yang dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis, juga ada momentum yang menjadi faktor pendorong sekaligus penarik.
Dari enam tokoh yang bakal ditetapkan pada 10 November 2023 mendatang, hanya Ratu Kalinyamat mewakili kaum perempuan.
Apakah pahlawan atau istilah lain tokoh penting yang berjasa di Jepara hanya tiga saja. Tentu saja tidak. Ada masih begitu banyak tokoh yang berpengaruh pada lingkungan masing-masing di ruang yang berbeda-beda. Para tokoh pendidikan, ulama, cendekiawan, budayawan, seniman, birokrat, dan lain sebagainya.
BACA JUGA : Satu Lagi, Pahlawan Nasional dari Jepara Ratu Kalinyamat
Rasa-rasanya ke depan pengajuan Pahlawan Nasional dari Jepara terasa berat. Bukan tidak mungkin. Bukan pula karena peran yang sudah dilakukan, tetapi begitu banyak usulan dari wilayah lain yang juga tidak sedikit.Jepara sudah memiliki tiga, sedangkan ada daerah lain yang tidak memiliki Pahlawan Nasional sama sekali.
Pengakuan sebagai pahlawan atau tokoh berpengaruh ini penting. Persoalan level nasional atau lokal adalah hal lain. Bukan hanya tentang pengakuan itu saja, tetapi bagaimana nantinya nilai-nilai atau keteladanan yang dikembangkan disosialisasikan serta dikembangakan di masyarakat. Tentu saja bukan hanya euforia di awal saja merayakannya di Hari Pahlawan semata.
Belajar
Penganugerahan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional merupakan sebuah pelajaran penting. Jepara secara geografis adalah wilayah pinggiran terbukti mampu menjawab tantangan zaman.
Proses pengajuan sebagai Pahlawan Nasional harus disertai dengan sumber-sumber primer yang menunjukkan pribadi yang berintegritas, anti-penjajah, memiliki jiwa nasionalisme, tidak menyerah kepada musuh, dan lain sebagainya.
Pengajuan Ratu Kalinyamat sudah pada batas terakhir, yaitu yang ketiga kali. Sumber-sumber primer didapatkan dari Portugal di Eropa bagian Selatan.
BACA JUGA : Jangan Ragu dengan Kepahlawanan Ratu Kalinyamat
Belajar dari proses yang sudah ditempuh, alangkah baiknya jika pemerintah kabupaten melakukan inventarisasi para tokoh yang berjasa luas di wilayah Jepara.Dari inventarisir ini dapat dijadikan sebagai bahan awal untuk menyusun semacam biografi para tokoh yang dimiliki Jepara.
Apakah diajukan sebagai Pahlawan Nasional? Itu bukan tujuan utama. Yang lebih penting adalah menjadikan kiprah para tokoh teladan yang sudah wafat dapat dikenang dan diteladani oleh generasi penerus. Tokoh-tokoh yang dimiliki juga dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran utamanya di ruang-ruang kelas.
Dengan penganugerahan Ratu Kalinyamat ini jangan sampai masyarakat demam Pahlawan Nasional, hanya menjadi predikat tetapi lupa untuk mewarisi keteladanan yang ditinggalkan.
Sekali lagi, Bukan hanya tentang pengakuan itu saja, tetapi bagaimana nantinya nilai-nilai atau keteladanan yang dikembangkan disosialisasikan serta dikembangakan di masyarakat secara luas. Begitu.
M. Dalhar, Pegiat sejarah dan sosial