JEPARA | GISTARA.COM – Pemilu 2024 menyisakan duka bagi masyarakat Jepara. Pasalnya usai pesta demokrasi itu terselenggara, sejumlah bahan pangan seperti beras tiba-tiba meroket.
Duka tersebut, dialami oleh penjual nasi di Pasar Ratu Jepara, Vanessa. Pengeluaran membeli beras meningkat hingga 20 persen dari biasanya, tapi tarif seporsi nasi masih sama dengan sebelumnya.
“Kami niatnya untuk menjaga pelanggan, tapi jika seperti ini terus, bisa rugi dong. Dulu beras sekilo cuma Rp. 14 ribu sampai Rp. 15 ribu, setelah Pemilu 2024 naik jadi Rp. 18 ribu,” ujar Vanessa, Sabtu (24/2/24).
Naiknya harga beras juga ditunjukkan oleh SiHaTi (Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi) milik Pemprov Jateng, di bulan Januari 2024 pada tanggal yang sama, harga beras cuma Rp. 13 ribu.
BACA JUGA: Setiap Tahun Demam Berdarah di Jepara Menelan Korban
Berangkat dari data itu, terdapat siklus kenaikan yang secara tiba-tiba. Hanya kurun waktu sebulan, beras IR 64 Medium mengalami lonjakan menjadi Rp. 18 ribu perkilo setelah hajat Pemilu 2024 rampung.
Pemilu 2024 dan Monopoli
Kenaikan harga beras ini, bukan tanpa sebab. Sebelum perhelatan Pemilu 2024, beras murah dan melimpah. Bahkan, terdapat Caleg yang bagi-bagi beras kepada masyarakat Kabupaten Jepara.
Pada 10 Februari 2024, warga Desa Margoyoso, Kecamatan Kalinyamatan, peroleh bingkisan berupa amplop dan sembako (beras.red) dari tim sukses Caleg tertentu.
Bingkisan Caleg Pemilu 2024 ini, berisi beras, minyak 1,5 liter dan mi goreng. Tidak ketinggalan, stiker Caleg bersama salah satu Paslon Presiden dan Wakil Presiden berada di dalamnya.
BACA JUGA: Jelang Musim Haji 2024, Ini Jumlah Biaya yang Harus Dipenuhi
“Tidak kaget, ini sudah hal lumrah ketika Pemilu. Jika tetangga dikasih sembako saja, sementara yang jauh biasanya diberi amplop Rp. 100 ribu. Tujuannya ya untuk menang,” ungkap salah seorang warga.
Pembagian beras secara tiba-tiba itu, menurut salah seorang pegawai Dinas di Jepara, akan menyebabkan kelangkaan stok. Ditambah kondisi sebelumnya, Jepara wilayah Selatan mengalami kebanjiran.
Pihaknya juga menjelaskan, seorang Caleg yang membagi beras ketika Pemilu, secara umum sudah menimbun sebelumnya. Imbasnya, pasca Pemilu ini, terjadi kelangkaan dan harga pun naik.
“Kenaikan bisa terjadj karena alam, siklus perdagangan, bencana ekonomi, dan ada yang secara politis. Maksudnya, politisi sudah bermain monopoli dengan beras masyarakat,” tutup pegawai dinas.
(Okom/KA)