JEPARA| GISTARA.COM – Menjadi tradisi muslim di Indonesia, pada saat Idulfitri setelah halal bihalal dengan orang tua dan keluarga, dilanjutkan silaturahmi (balal) ke kerabat, teman, guru dan para kyai ataupun habaib.
Diantara para kyai yang selalu menjadi jujugan (tujuan) silaturahmi pada setiap idulfitri di wilayah Jepara adalah KH. Ma’mun Abdullah. Beliau merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Mubtadiin Balekambang (Ponpes Balekambang)
KH. Ma’mun Abdullah, biasa disapa oleh para santri dengan sapaan Mbak Ma’mun atau Mbah Mun, merupakan generasi ke 3 setelah KH. Khasbullah dan KH. Abdullah Khadziq.
Setiap idulfitri Mbah Ma’mun meluangkan waktunya untuk menemui para santri, wali santri, dan masyarakat umum yang ingin unjung (silaturahmi) kepadanya. untuk Idulfitri tahun ini bagi yang ingin bersilaturahmi dengan Mbah Ma’mun diberi jadwal khusus, yakni 1-7 idulfitri pada pagi hari pukul 08.00-11.00 WIB dan sore hari pukul 15.30-17.00.
BACA JUGA: 572 Santri Ponpes Balekambang Diwisuda, Mbah Ma’mun Beri Wejangan
Dalam setiap pertemuan, Mbah Ma’mun selalu memberikan wejangan dan nasehat kepada para tamu yang hadir.
Berikut wejangan dan nasehat Mbah Ma’mun (13/4/24), pertama, harus selalu ingat pada Allah. Mbah Ma’mun menceritakan, Allah menciptakan para kekasihnya (wali) dengan model-model dan tidak sama.
Misalkan para wali, ada yang miskin seperti Uwais Al Qorni, yang makan saja dari sisa-sisa makanan orang lain, ada wali yang kaya raya seperti Syeh Abi Hasan Assyadzili yang rumahnya berpagar emas dan keretanya (kendaraannya) dilapisi emas; dan juga ada wali yang suka celelekan (guyonan) seperti Abu Nawas.
Orang-orang tersebut menjadi istimewa di sisi Alla, karena selalu ingat kepada Allah setiap waktu dalam kondisi apapun dan dimanapun.
BACA JUGA: 213.320 Kuota Jemaah Haji Reguler Terpenuhi, Ini Jadwal Berangkatnya
Kedua, harus mengaji, setiap orang harus mengaji agar mengerti hukum-hukumnya Allah. Dalam mengaji harus mempunyai yang niat baik, jangan pingin jadi ini, jadi itu.
“Wong Ngroto iku lek gelem metu, dadi uwong. Kalau tetap di Ngroto iku dadi wong-wongan,” tutur Mbah Ma’mun yang disambut tawa para tamu.
“Gelem metu iku gelem ngaji. Gelem luru ilmu. Kalau mung neng Ngeroto, yo dadi wong-wongan,” jelas Mbah Ma’mun.
Ketiga, Selalu bersyukur. Dalam keadaan apapun kita harus bersyukur, baik kaya atau miskin, saat diberikan kemudahan atau kesulitan harus bersyukur pada Allah, karena itu semua takdir Allah.
BACA JUGA: YPMJ Gelar Deseminasi Pemantauan Pemilu 2024, Ini Hasilnya
“bersyukur sejenak (walaupun sak menit) lebih baik dari ibadah (sunnah) 60 tahun” jelas Mbah Makmun.
“Orak berarti sampean orak solat, orak Poso” tegas Mbah Ma’mun
Mbah Ma’mun mengajak kepada para tamu yang hadir agar selalu bersyukur, karena bersyukur walaupun sejenak itu menjadi tabungan amal, sedangkan rukun Islam dan rukun iman itu kewajiban bagi setiap muslim itu menjadi modal.
“sampean tetap berfikir walaupun (bersyukur) mung sak detik atau sak menit. Iku dadi tabungan amalmu. Kalau rukun Islam dan Iman iku kan wes modal” pungkas Mbah Ma’mun.
(Ka)