Penjabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana mengatakan, penekanan dalam kerja sama ini, untuk mengatasi permasalahan-permaslahan air, seperti banjir, rob, dan kekeringan.
“Pengelolaan air ini, khususnya terkait dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, seperti banjir, rob, dan kekeringan,” katanya, seusai melakukan penandatanganan kerja sama.
BACA JUGA: 11 Tokoh Ikuti Penjaringan Cakada PKB, Berikut Profilnya
Pada kerja sama tersebut, fokus yang akan digarap mengenai peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), yang mencakup pengembangan sistem polder dan perlindungan pesisir, pengelolaan sanitasi dan air minum aman, pengelolaan limbah cair dan padat, adaptasi dan ketahanan perkotaan di kawasan pesisir pantai utara Jawa Tengah, serta pengelolaan sumber daya air di Jawa Tengah.
“Dengan adanya kerja sama ini kita harapkan kapasitas SDM di Pemprov Jateng terus meningkat,” terang Nana.
BACA JUGA: Perang Obor Tegalsambi, Tradisi Ratusan Tahun yang Tetap Lestari
Nana memandang, kerja sama itu diperlukan karena hingga kini Jawa Tengah masih mengalami masalah pengelolaan air. Masalah yang kerap terjadi, antara lain banjir, kekeringan pada musim kemarau, hingga rob di pesisir pantai utara Jawa. Pada musim kemarau 2023, sebanyak 32 kabupaten/ kota dilaporkan mengalami kekeringan. Sehingga, Pemprov Jateng menyalurkan sebanyak 33.060.300 liter air bersih.
Ditambahkan, ia sengaja memilih UNESCO-IHE Institute for Water Education sebagai mitra kerja sama, karena merupakan salah satu lembaga pendidikan sektor air internasional, di bawah UNESCO dan Pemerintah Belanda.
Apalagi, terang Nana, UNESCO-IHE terbukti telah memperkuat upaya-upaya yang dilakukan perguruan-perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian, dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga-tenaga profesional di sektor air. (jatengprov.go.id/Ka)