CILACAP | GISTARA.com – Masyarakat Desa Pesanggrahan dan tiga desa lainnya di Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, menggelar tumpengan raksasa bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Tumpengan itu sebagai bentuk rasa syukur atas jalan beton dengan biaya Pemprov Jawa Tengah, yang membuat perekonomian di empat desa Kecamatan Kesugihan meningkat.
Selepas salat Jumat, sekitar pukul 13.00 WIB, warga Desa Pesanggrahan sudah berkumpul di ruas jalan beton baru itu. Dari anak-anak hingga orang tua penuh sesak menantikan kedatangan Gubernur Ganjar Pranowo. Tumpeng ukuran besar yang dibuat dari nasi dilengkapi dengan lauk dan sayuran pun sudah siap.
Di sisi jalan, anak-anak sekolah membentangkan spanduk bertuliskan “Kami jadi semakin senang ke sekolah karena jalan menuju sekolah kami sudah bagus. Terima kasih Gubernur Jawa Tengah”. Hal itu dilakukan sebagai bentuk apresiasi atas keberadaan jalan itu.
Begitu Ganjar tiba di lokasi, warga langsung menyambut dengan tarian diiringi alunan gamelan dari pengrawit. Seketika itu Ganjar langsung larut di tengah masyarakat yang sudah menunggu.
“Terima kasih Pak Ganjar sudah berkenan hadir siang ini di tengah-tengah masyarakat. Kehadiran beliau sudah kami tunggu-tunggu sejak lama, untuk bisa syukuran bareng bersama warga. Kami terima kasih atas dibangunnya jalan ini yang dulu rusak parah,” ujar tokoh masyarakat, Tugiyo, dalam sambutannya bersama Kepala Desa Pesanggrahan Tugiman.
Baca juga: Wakil Presiden RI Hadiri Launching 6000 Mustahiq Produktif Baznas Jawa Tengah
Setelah beberapa sambutan termasuk dari Ganjar Pranowo, acara dilanjutkan dengan doa bersama. Kemudian Ganjar secara simbolis memotong tumpeng dan menyantap hidangan khas desa bersama masyarakat. Ia duduk lesehan di tengah kerumunan warga yang ikut mengambil makanan dari tumpeng raksasa, yang ada di belakang Ganjar.
“Saya dulu pernah ke sini, di ruas jalan bagian utara. Di sana juga dibangun terus membuat tumpeng panjang sekali. Sekarang di sini (ruas jalan di Desa Pesanggrahan). Itu karena memang mereka ingin menyampaikan terima kasih saja. Itulah gaya rakyat yang menurut saya dengan originalitasnya punya gawe, yang merasa dimiliki bersama. Ini saya titip, guyub rukunnya untuk dijaga. Mudah-mudahan nanti dibereskan sampai ujungnya,” kata Ganjar seusai acara.
Jalan beton sepanjang delapan kilometer itu diresmikan oleh Ganjar pada 2019 lalu. Jalan itu melintasi empat desa yaitu Desa Pesanggrahan, Karang Jengkol, Keleng, dan Ciwuni. Dibangun dari dana gotong royong yang berasal dari Bantuan Gubernur senilai Rp7 miliar, anggaran pemerintah pusat Rp5 miliar, dan pemerintah kabupaten Rp4 miliar. Sejak diresmikan, jalan itu memberikan kemudahan akses transportasi dan mendongkrak perekonomian warga sekitar.
“Ini hasil perjuangan yang sangat panjang dari empat Kades. Tokohnya ini, dan ada Pak Tugiman juga. Perjuangan panjang itu hari ini menghasilkan sesuatu yang mulai bisa dilihat. Pertaniannya jalan, ekonomi berkembang, dan dulu waktu saya jalan ke sini jalannya lumayan hancur, dan bantuan keuangan dari provinsi alhamdulillah bisa dimanfaatkan dengan baik,” kata Ganjar.
Ganjar menyampaikan, seluruh bantuan keuangan yang diberikan untuk membangun, harap diawasi dengan baik. Sehingga kualitasnya bagus, atau minimal sesuai spek dan jangan sampai dikorupsi.
“Kalau itu bisa dilaksanakan pasti masyarakat akan mendapatkan manfaat yang lebih baik. Mereka senang karena mendapatkan kualitas yang oke. Dulu kan banyak truk-truk dengan kapasitas besar lewat sini, itu kalau jalannya nggak kuat nggak bisa,” katanya.
Ganjar sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan truk kapasitas besar lewat di jalan itu, asalkan mengikuti aturan mengenai larangan over load over dimensi. Dengan mengikuti aturan, maka jalan yang dibangun dari dana gotong royong itu bisa awet, dan manfaatnya bisa lebih panjang.
“Kalau mereka mengikuti aturan dan tidak over load over dimensi, sehingga jalan pasti awet. Nggak apa-apa dilewati, kalau sudah over load juga nggak bisa. Ini sejarah yang cukup panjang waktu itu, dan waktu saya lewat dalam kondisi yang cukup rusak. Suara dari kiri-kanan itu membuat hati kita sedih. Suaranya itu sudah bukan suara memohon tapi marah, sudah ngamuk. Yang hebat bukan saya tapi para kades-kades inilah berserta masyarakat,” tandas Ganjar. (Diskominfo Jateng/Gistara)