JEPARA | GISTARA.com – Selama hampir 3 tahun, Sochib Achmada merintis usaha secara otodidak. Tidak banyak pelatihan yang diikuti, baik dari pemerintah maupun lembaga lain. Dalam mengembangkan bisnisnya ia belajar dari buku dan internet sesuai dengan materi yang dibutuhkan. Menurutnya mengikuti pelatihan akan menyita waktu dan belum tentu ilmu yang didapat akan diterapkan di usaha. “Saya sedikit ikut pelatihan dan ilmunya langsung dipraktikkan untuk pengembangan usaha”, tegasnya.
Baru di awal tahun 2022 lalu, Sochib tertarik untuk mengikuti seleksi Pelatihan Berjenjang yang dilaksanakan Balai Latihan Koperasi dan UMKM (Balatkop) bersama Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. Pelatihan ini menurutnya bagus karena dilakukan proses seleksi peserta se Jawa Tengah. Selain itu menerapkan kurikulum pelatihan bertingkat dari level pertama hingga level ketiga. Di setiap kenaikan level akan dilakukan seleksi peserta kembali dengan melihat perkembangan usaha.
Di pelatihan leveling, pelaku UMKM yang memproduksi sepatu sneaker berbahan kain tenun ini memilih kelas pelatihan Manajemen Usaha dan Keuangan (MUK). Dari ratusan UMKM yang mengikuti seleksi, ia dinyatakan lolos untuk mengikuti pelatihan level 1 bersama 25 peserta lainnya. Kenapa ia memilih kelas MUK? Ilmu manajemen usaha dan keuangan menurutnya ilmu dasar yang harus dikuasai pelaku usaha.
Dari sinilah pebisnis yang pernah bekerja sebagai konsultan di program literasi Indonesia mengenal mentor bisnis yang selama ini dicari. Di kelas MUK dibimbing mentor Bio Hadikesuma, pemilik perusahaan Bio Hadikesuma Management Training dan Consultant (BHMTC). Mentor yang biasa dipanggil Mas Bio merupakan pelaku bisnis yang berpengalaman di bidang public speaking, sales, motivasi, neuro linguistik dan konsultan SDM serta konsultan bisnis dan UMKM.
Bersama Bio Hadikesuma pelaku UMKM dibongkar dan dibangun kembali mentalnya untuk menjadi pribadi tangguh. Salah satu pesan yang masih diingat Sochib adalah menata kembali niat baik membangun usaha, karena bisnis bukan menjadi tujuan hidup. Bisnis adalah sebuah alat atau sarana untuk meraih tujuan atau impian hidup manusia. “Kita juga mendapat materi keuangan usaha yang susah, disederhanakan menjadi mudah tanpa mengurangi fungsi”, jelasnya.
Selesai pelatihan selama 5 hari di tiap level, peserta masih mendapatkan pendampingan dari mentor. Model pendampingan inilah yang membedakan pelatihan leveling berbeda dengan pelatihan lainnya. Saat ini Sochib sudah selesai mengikuti pelatihan level 2. Dengan begitu sudah mendapatkan pendampingan selama delapan bulan sejak Februari lalu.
Dirasakan ada perubahan di usaha sepatu tenun yang berlokasi di Desa Damarjati Kalinyamatan setelah mengikuti pelatihan. Salah satunya membuat sistem baru di bagian produski. Jika sebelumnya masih terlibat secara langsung, kini sudah diserahkan sepenuhnya ke karyawan. Sebagai pemilik usaha, waktu Sochib bisa dimanfaatkan untuk membantu marketing usaha. Sehingga omset penjualannya bisa meningkat 50 persen dari sebelum mengikuti pelatihan.
Di akhir pembicaraan, pemilik usaha dengan brand Azola ini mengucapkan terimakasih kepada Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo dan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, Ema Rachmawati serta Kepala Balatkop, Hatta Yunus. Dia berharap pelatihan leveling bisa berlanjut di tahun berikutnya. Sehingga akan banyak UMKM di Jateng yang akan naik kelas. (HIB/Gistara)