JEPARA | GISTARA.com – Berdasarkan fakta sejarah, doktrin agama memang menjadi sasaran empuk bagi kelompok-kelompok yang menyadari bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Mereka memandang teologi agama merupakan alat yang paling manjur untuk mempengaruhi panggilan spiritual dan semangat religiusitas atas nama jihad membela kebenaran, namun masih relevankah? Jangan Politisisasi Agama dengan menjadikan Hukum Islam sebagai alat legitimasi perebutan kekuasaan.
Hal tersebut dibahas dalam pojok Gusdurian bersama pusat studi Aswaja Unisnu Jepara menggandeng mahasiswa Unisnu di ruang seminar pascasarjana pada Kamis sore, (17/11/2022).
Selaku Santri Gusdur dan Dosen IAIN Kudus sekaligus sebagai narasumber dalam diskusi Muhammad Shohibul Itmam menyampaikan agama hadir bukan untuk dijadikan alat dan kendaraan politik, melainkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan kemaslahatan bagi semua umat manusia.
“Ketika bapak (Alm. Gusdur) masih ada, pasti akan tertawa terpingkal-pingkal ketika mendengar kelompok-kelompok yang masih mengatasnamakan agama untuk kepentingan pribadi maupun politik,” terang Shohibul Itmam saat diskusi.
BACA JUGA: Bekarya Lewat Seni Hadroh dan Salawat, Pemkab Jepara Gelar Festival Hadrah
Menurutnya, hal tersebut tidaklah relevan lagi di tengah negara modern seperti sekarang ini. Siapapun politisi nanti yang melakukan kampanye politik terutama pada pemilu 2024 masih membawa agama. Pihaknya berani menyuarakan itu pembodohan dan itu merusak Jepara khususnya. “Kami wajib tidak rela kalau nanti Jepara ini menjadi ajang kampanye kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama,” terang Muhammad Shohibul Itmam.
Ia menambahkan, sejatinya memperjuangkan agama. “Politik adalah cara dan strategi untuk mewujudkannya,” pungkasnya.
Diskusi dengan tema ‘Politisasi hukum Islam dalam kacamata Gusdur’ ini merespon isu-isu tentang politisasasi agama dijadikan sebagai kepentingan politk dan esensinya dapat merusak nilai-nilai daripada agama itu sendiri.
“Hal ini menjadi penting untuk dipahami terutama mahasiswa dan masyarakat agar bisa tau bahwa didalam prinsip keagamaan harusnya lebih didorong hal yang sifatnya inspirasi bukan konspirasi,” ungkap Fuad salah satu Gusdurian Jepara. (Husni/Gistara)