Oleh: M. Dalhar
Salah satu sektor kehidupan masyarakat belakangan yang sering diperbincangkan adalah politik. Situasi ini tidak lepas dari penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada serentak tahun 2024 yang beriringan. Politik banyak disaksikan sebagai proses mendapatkan kemenangan dengan segenap dinamika yang mewarnainya.
Jauh dari yang ada dalam pandangan mata publik, politik bukan sekadar partai politik untuk mendapatkan kemenangan dan selanjutnya adalah kekuasaan.Lebih luas dari itu, politik adalah media untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Dari segi Bahasa, politik berasal dari Bahasa Yunani yaitu polis yang bermakna negara kota. Politik adalah serangkaian kegiatan atau usaha bersama yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan Bersama.
Ada begitu banyak definisi politik dari para ahli. Banyaknya definisi tidak lepas dari konteks yang meliputinya. Misalnya politik yang ada di Jepara berbeda dengan yang ada di Semarang. Begitu pula dengan belahan bumi lainnya.
Dari tempat yang berbeda melahirkan situasi yang berbeda-beda. Kemudian, muncullah beberapa pendapat tentang politik.
BACA JUGA: Buku: Bapak dan Anak
Terlepas dari berbagai pendapat yang ada, hal ini tidak lepas dari hakikat manusia yaitu sebagai mahluk politik, zoon politikon. Pendapat yang disampaikan oleh Aristoteles (384-322 SM) itu tidak lepas bahwa dalam diri manusia terpat dua sifat alamiah, yaitu baik dan jahat.
Dengan politik harapannya berbagai kebutuhan manusia dapat dikelola sehingga terwujud kebaikan bersama.
Teori yang baik saja tidak cukup, tetapi juga dibutuhkan kerja-kerja politik untuk mewujudkan kebaikan bersama. Termasuk adanya koalisi dan kontestasi adalah bagian dari kebaikan bersama.
Akar Rumput
Politik tidak terbatas pada partai politik. Partai adalah organisasi atau kendaraan yang digunakan untuk membawa aspirasi. Yang perlu tekankan adalah politik bukan sebatas di partai atau mendapatkan jabatan, kekuasaan. Politik menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia.
Awal September lalu, penulis berkesempatan mengikuti Pendidikan Politik (Dikpol) Menengah yang diselenggarakan oleh Lembaga Strategis Gerakan Pemberdayaan (Lestra GP) di Semarang. Kegiatan tersebut didukung oleh Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah dan Kemenkumham RI.
Ada banyak hal yang didapatkan utamanya menjadikan pemahaman bahwa politik itu indah. Sebagai contoh adalah persoalan sampah. Sadar atau tidak, sampah menjadi persoalan yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Ketika ingin menyelesaikan persoalan ini secara mandiri, aspek politik tidak dapat dipisahkan.
BACA JUGA: Manusia dan Waktu
Kegiatan pemberdayaan harus dilakukan. Persoalan di masyarakat tidak dapat dipaksakan bahwa itu adalah masalah. Diperlukan komunikasi agar masyarakat menyadari bahwa itu adalah masalah bersama. Dengan adanya pemahaman ini diharapkan akan ada partisipasi dari masyarakat.
Persoalan sampah tidak bisa hanya dengan mengambil atau memindahkan sampah. Bersamaan dengan itu masih banyak yang membuang sampah. Ini tidak indah. Kegiatan (politik) dapat menjadi indah apabila menyelesaikan permasalahan, tidak merusak yang ada, meningkatkan nilai guna, dan meningkatkan kualitas.
Pemahaman ini dapat ditarik untuk semua kasus yang ada di masyarakat. Apakah kegiatan-kegiatan (politik) yang dilakukan itu hanya menyelesaikan masalah sesaat atau jangka panjang. Tidak selesainya permasalahan atau hanya selesai jangka pendek turut menjadikan masyarakat anti terhadap politik. Belum lagi dengan kegaduhan yang dilakukan para politisi di negeri ini.
Perlu dibangun pemahaman bersama bahwa aspek kehidupan masyarakat tidak terpisah dari kebijakan politik. Bahwa masyarakat sendiri adalah subyek dari politik itu sendiri.
M. Dalhar, Peserta Pendidikan Politik Menengah dari Jepara