JEPARA | GISTARA.com – Keluarga besar paguyuban keturunan Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat mengadakan Haul RA Kartini yang ke-118 di pendopo Kabupaten Jepara. Jum’at malam (16/9/2022). Dalam acara itu dihadiri Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta, Disparbud, Disdikpora, dan Rumah Kartini.
Dalam kesempatan itu PJ Bupati melalui Asisten 1 Juniadi mengatakan sosok Kartini menjadi inspiratif bagi kalangan perempuan Jepara untuk terus membumikan ide, gagasan, dan semangat RA Kartini. Sehingga menjadi inspirasi dalam memperkuat pembangunan karakter bangsa.
”Kita bisa meneladani RA Kartini sebagai tokoh nasional emansipasi wanita. Apa yang telah dilakukan Kartini masa lalu, hari ini dapat menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari terutama wanita Jepara,”ungkanya.
Baca juga : Suluk Mantingan 6 Bertajuk Kartini Adalah Santri
Mendengar nama Kartini, lanjut Edy, akan dibawa pada sosok pemikir sekaligus pelopor emansipasi wanita di tengah keluarga bangsawan Jawa dengan adat dan tradisi yang kuat.
Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini berasal dari Jepara, Jawa Tengah. R.A. Kartini dikenal sebagai sosok pemberani yang semasa hidupnya terus memperjuangkan emansipasi kaumnya, agar perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam segala bidang kehidupan dan diakui ilmunya.
”Sehingga perempuan tidak lagi diremehkan,” ujarnya.
Dalam surat-surat R.A. Kartini, tertulis pemikiran-pemikiran tentang kondisi sosial saat itu. Khususnya mengenai kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat Kartini berisi pengaduan dan gugatan.
Upaya Kartini untuk emansipasi wanita telah dituangkan dalam sebuah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
”Buku ini juga menjadi simbol semangat perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya,” terangnya.
Bukti nyata lain dari perjuangan R.A. Kartini, yaitu berdirinya sekolah gratis untuk perempuan yang disebut Sekolah Kartini. Jasa Kartini merupakan bekal dasar bagi perempuan di Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta menggali potensi dirinya sebagai upaya mewujudkan impiannya dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain.
Melalui emansipasi, perempuan Indonesia dapat merasa setara dengan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan. Peran perempuan tidak hanya sebatas urusan dapur, sumur, dan kasur. Namun kini perempuan berpeluang untuk dapat melebarkan sayapnya dalam berkarir bahkan bersaing di kancah publik. Dengan kata lain, perempuan telah mampu berkontribusi di semua bidang masyarakat tanpa diskriminasi dalam pembagian kerja, bahkan dalam ranah politik.
Baca juga : R.A. Kartini, Pejuang, Peneguh Ke-Islaman dan Penyebar Perdamaian
Kartini memang telah kembali kepangkuan Ilahi 117 tahun lalu dalam usia yang masih sangat muda. Namun dalam keterbatasannya sebagai seorang putri bangsawan Jawa, ia telah memercikkan api semangat ke seluruh pelosok tanah air.
Di era modernisasi, teknologi semakin banyak digunakan. Peran perempuan semakin terasa di segmen ini, sebagai fungsi perempuan yang “dianggap” sebagai tangan pertama dalam mendidik anak-anaknya dalam keluarga.
“Kemajuan teknologi yang tak terbendung, terutama masa pandemi tahun lalu menambah beban perempuan sebagai ibu yang arus mengarahkan anaknya ketika melakukan pembelajaran secara online dan bagaimana menyikapi positif penggunaan teknologi,” terangnya.
Belum lagi peran perempuan sebagai pekerja di perusahaan semakin penting dan dituntut untuk terus berinovasi dan adaptif terhadap perubahan yang ada di era industri 4.0.
Oleh karena itu, lanjutnya, perempuan masa kini harus mampu menjawab tuntutan teknologi dengan bijak dalam penggunaannya. Karena kehadiran revolusi industri akan menjadi peluang yang menjanjikan bagi perempuan sebagai bagian dari peradaban dunia jika dikelola dengan baik. (Husni/Gistara)