UNGARAN | GISTARA.com – Cuaca hujan tak menyurutkan rombongan YMCW Business Cooperative asal Jepang untuk menyambangi Pondok Pesantren (Ponpes) Lansia Raden Rahmat di Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
Kolaborasi, YMCW Business Cooperative Asal Jepang Jadikan Sekolah Caregiver Raden Rahmat Tempat Magang. Lembaga yang mendidik calon caregiver (perawat lansia) itu memantau langsung kegiatan magang para siswa-siswinya di ponpes khusus lansia itu. Bukan tanpa alasan, ponpes tersebut memiliki Sekolah Caregiver Raden Rahmat yang merupakan hasil kolaborasi antara Yayasan Pitutur Luhur, Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Sebaindo dan LPK Kibo Salatiga yang menyiapkan tenaga profesional untuk perawat lansia, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri khususnya Jepang.
Ditemui di sela kegiatan kunjungannya belum lama ini, Nakamura Sensei perwakilan dari YMCW Business Cooperative mengatakan agenda kunjungan tersebut dalam rangka berdiskusi tentang senior living Jepang-Indonesia. Menurutnya, kurikulum yang diterapkan oleh Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat sangat relate dengan apa yang diajarkan oleh lembaganya.
“Harapan anak-anak magang yang berkolaborasi dengan Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat bisa menjadi pioneer untuk membuka sebanyak-banyaknya senior living di Indonesia di masa depan mengingat urgensinya yang tinggi,” ujarnya.
| BACA JUGA: APK Cakades di Duren Tengaran Dirusak OTK, Polisi Telusuri Pelaku
Ia juga mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang diberikan kepada peserta magang. Menurutnya kinerja para peserta magang sangat luar biasa berkat kurikulum dan praktik langsung bagaimana metode dalam merawat lansia.
“Semoga ini menjadi kerjasama yang baik dalam mencetak tenaga caregiver yang profesional,” harapnya.
Ahmad Winarno, Ketua Yayasan Pitutur Luhur mengatakan dengan rencana infrastruktur Yayasan Pitutur Luhur menyiapkan layanan lansia yang komprehensif, holistik, dan religius. Sekolah caregiver yang dikembangkan saat ini juga dimaksudkan untuk menyerap tenaga kerja. Sebab menurutnya, jika tidak ada edukasi yang baik kelak Indonesia akan mengalami masalah sosial, khususnya akibat pertumbuhan lansia yang tidak diimbangi kesiapan penanganan lansia dan keluarganya.
“Di Jepang, kebutuhan caregiver mencapai 500 orang setiap tahunnya. Saking banyaknya, kebutuhan itu sulit dipenuhi dari pasar tenaga kerja di dalam negeri, apalagi di sana memiliki populasi lansia yang sangat besar,” urainya.
| BACA JUGA: Kabur Usai Isi BBM, Pengemudi Pikap Tabrak Ibu Hamil dan Terjang Palang Pintu Tol
Sementara itu Muhammad Solikin, Direktur Ponpes Lansia Raden Rahmat mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah berupaya menyiapkan lahan seluas 10 hektare untuk pengembangan Senior Institute yang meliputi wisma, pesantren, sekolah, klinik, taman, bumi perkemahan dan kafe khusus bagi kaum lansia.
“Ke depannya ada banyak sinergitas antara pihak Jepang dengan Ponpes Raden Rahmat, termasuk hibah sarana dan prasarana yang berhubungan dengan caregiver. Tentunya diperlukan dukungan dan penguatan dari pemangku kebijakan, baik Pemkab Semarang maupun Pemprov Jateng,” jelasnya.
Ditambahkan Solikin, proyek pengembangan Senior Institute itu dilaksanakan secara bertahap. Untuk saat ini baru memasuki fase pengembangan wisma lansia dan pesantren lansia dan direncanakan akan selesai pada tahun 2030.
“Proyek ini juga bertujuan untuk menyiapkan lansia agar bisa menjalani kehidupan di usia senjanya dengan produktif dan kelak saat kembali ke hadapan Sang Pencipta penuh bahagia,” tandasnya. (Arief/Gistara)