UNGARAN | GISTARA.com – Tanaman bambu bagi kebanyakan orang sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Tak jarang keberadaannya tidak menarik perhatian dan hanya dipandang sebelah mata. Namun siapa sangka, di tangan Jazuli (47), warga Desa Kalongan RT 8 RW 8, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, bilah-bilah bambu bisa diolah menjadi sebuah karya bernilai ekonomi dan raup untung dari kriya bambu wulung.
Ditemui di kediamannya, Jazuli menceritakan awal mula ia memiliki ide membuat kerajinan berbahan bambu. Waktu itu, ia dibawakan bekal minuman kopi yang ditempatkan di sebuah teko. Saat hendak meminum kopinya ternyata tidak ada gelas. Sehingga ia memotong sebatang bambu pada bagian terdekat pangkal ruasnya sehingga mirip seperti gelas lalu digunakannya untuk menuang kopi. Siapa sangka, berawal dari situlah tercetus ide kreatif membuat pernak-pernik dari bahan bambu.
“Waktu itu memang iseng saja sebenarnya. Lalu coba-coba bikin gelas dari bambu, ternyata respon masyarakat cukup bagus,” ujar Jazuli, Sabtu (5/11/2022).
BACA JUGA: Langgar Estetika dan Nunggak Pajak, Ratusan Reklame di Kabupaten Semarang Dicopot
Ditanya mengenai besaran modal yang digunakannya untuk merintis usahanya itu, ia mengaku hanya modal nekat. Sebab saat itu ia tak mempunyai cukup uang. Kebetulan ia yang juga tukang bangunan, sudah memiliki alat lumayan komplit.
“Murni otodidak, nggak ada pembimbing, belajar lewat youtube. Mau kursus juga nggak ada uang,” bebernya.
Berbekal keterampilan yang sudah dimilikinya sebagai tukang bangunan, ia tak menemui banyak kesulitan. Sebab menurutnya, bambu relatif mudah diolah karena sifatnya yang lentur sehingga gampang dibentuk.
“Alhamdulillah belum menemui kendala yang berarti selama proses produksi,” ungkapnya.
Mengenai pemilihan bahan baku, ia sengaja menggunakan bambu jenis Wulung. Menurutnya, karakteristik bambu Wulung yang unik menjadikan produknya nampak lebih indah.
“Warnanya kan cenderung ungu kehitaman, itu yang bikin unik. Kedua, jika dipoles air sudah mengkilat apalagi kalau sudah kena pernis atau pelitur,” jelasnya.
Saat ini, produk yang dihasilkan meliputi mainan anak-anak, gantungan kunci, gelas, cangkir, teko, kincir air hingga perlengkapan rumah seperti sketsel, meja, kursi dan rak. Kisaran harganya juga bervariasi, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 1,5 juta tergantung besar kecilnya ukuran.
“Souvenir yang kecil seperti gantungan kunci ini harganya Rp 5.000 sampai Rp 10.000. Kincir air kisaran Rp 200 ribu sampai Rp 450 ribu, satu set meja kursi mulai dari Rp 850 ribu sampai Rp 1,5 juta tergantung banyak sedikitnya kursi, kan permintaan macam-macam,” paparnya.
BACA JUGA: Indeks Gemar Baca Lampaui Nasional, Pemkab Semarang Terus Genjot Minat Baca
Sementara Pemerintah Desa Kalongan mendukung penuh terhadap keberlangsungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) setempat. Bentuk dukungan itu berupa pemberian fasilitas kepada pelaku UMKM untuk menangkap peluang dengan digerakkannya Desa Wisata Kalongan.
“Pertama, kami buatkan forum UMKM. Kedua, pelaku UMKM kami bantu untuk mendapatkan perijinan Nomor Induk Berusaha (NIB) melalui Online Single Submission (OSS) secara gratis. Selain itu, kita bantu promo dengan menyediakan display di etalase Pasar Sawahan dan media promo desa,” ujar Kepala Desa Kalongan Yarmuji.
Selain fasilitas tersebut, lanjut Yarmuji, pihaknya juga telah membuat program paket kunjungan desa wisata. Dalam program tersebut, para pelaku UMKM dilibatkan sebagai penyedia souvenir, kuliner, dan sebagainya sesuai bidang masing-masing.
“Seperti kemarin, ada rombongan tamu dari Bojonegoro kita sediakan paket wisata alam. Kita jadikan produk UMKM sebagai souvenir. Mereka bayar Rp 100 ribu per orang dapat souvenir dari Jazuli Bambu Art, sehingga produknya terbeli secara langsung,” tuturnya. (Arief/Gistara)