Oleh: M. Dalhar
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) menjadi perbincangan yang relatif dominan di berbagai pelosok daerah. Pilkada serentak 2024 melahirkan harapan baru terkait masa depan daerah. Tidak terkecuali di Jepara.
Nama harum Jepara tidak hanya tentang ukir, tetapi juga kekuatan literasi yang menyelimuti. Dijadikannya Jepara sebagai tuan rumah Perpusnas Festival Writers (PFW) pertengahan Oktober 2024 lalu menjadi sinyal kuat bahwa kota ini masih (dianggap) memiliki kultur yang kuat literasi. Terlepas dari anggapan tersebut, hal ini menjadi tantangan dari bupati mendatang.
Momentumnya tepat.
Perhelatan Pilkada Jepara tahun 2024 diikuti dua pasangan calon. Keduanya siap adu gagasan dan kompetensi untuk dipilih pada 27 November mendatang. Keduanya adalah KH. Nuruddin Amin (Gus Nung) – H. Mochammad Iqbal (Mas Iqbal) dan H. Witiarso Utomo (Mas Wiwit) – Muhammad Ibnu Hajar (Gus Hajar).
BACA JUGA: Membumikan Ide Politik Itu Indah
Masing-masing sudah menawarkan program untuk Jepara yang terangkum dalam visi masing-masing pasangan. Gus Nung mengusung tagline Jepara Unggul, Aman, Religius, dan Sejahtera (JUARA), sedangakan Mas Wiwit mengusung Jepara yang Makmur, Unggul, Lestari, dan Religius (MULUS).
Kedua pasangan calon (Paslon) memiliki kesamaan dalam membangun dan peningkatan sumber daya manusia Jepara. Program literasi tampaknya bisa terangkum dalam misi tersebut.
Program literasi dapat dimaknai sebagai peningkatan kemampuan membaca dan menulis masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, serta memperkuat kemampuan individu dalam berkomunikasi dan berpartisipasi aktif di masyarakat. Program literasi ini dapat mencakup berbagai kegiatan, dasar utamanya adalah baca dan tulis.
Di Jepara ada puluhan Taman Baca Masyarakat (TBM) yang tersebar di berbagai pelosok desa. Setiap TBM memiliki program yang sesekali disatukan dalam kegiatan bersama. Inisiatif kegiatan dilakukan meskipun tanpa dukungan penuh dari pemerintah. Tujuannya adalah tidak lain adalah untuk mengampanyekan literasi kepada generasi muda.
BACA JUGA: Manusia dan Waktu
Menjaga literasi sama halnya dengan menjaga Jepara sebagai kota literasi. Setidaknya itu yang dikenal oleh masyarakat luar. Ada banyak hal yang dapat dilakukan dalam konteks pengembangan literasi di Jepara.
Beberapa program yang dapat dilakukan misalnya Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Pengembangan perpustakaan di desa/kelurahan yang tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga menjadi pusat kegiatan masyarakat seperti lokakarya, pelatihan, dan diskusi.
Kerjasama dengan TBM yang ada di masing-masing wilayah juga diperlukan agar terjadi sinergi program atau kegiatan. Dalam kolaborasi tersebut dapat disepakati kegiatan rutin semisal Festival Literasi.
Festival ini dapat melibatkan penulis, penerbit, dan masyarakat umum. Acara ini bisa mencakup apresiasi komunitas, peluncuran buku, bedah buku, lokakarya penulisan, dan pameran literasi.
Masih banyak program lainnya yang dapat dilakukan dalam konteks peningkatan literasi di Jepara. Yang terpenting adalah adanya keberpihakan atau political will dari para calon bupati. Program literasi harus dikawal sampai diimplementasikan. Bukan sekadar melaksanakan program, tetapi juga secara kualitas juga perlu diutamakan.
M. Dalhar, Pegiat TBM Isykarima Jepara